Rabu, 19 Desember 2012

Ketika

Ketika mata kita bertemu, kadang aku berharap kita mengenal sejak dahulu kala.
Ketika kita bertukar kata-kata, kadang aku berangan kau adalah dirinya
Ketika aku pamer, ketika aku mampu berbuat lebih dari yang lain, kadang aku berharap kau kagum dengan itu
Ketika, ketika, ketika, masih banyak ketika yang lain, hanya harapan-harapan semu

Kadang aku berharap kau berangkat dari titik yang sama denganku
Ketika ku pahami betapa kau mirip dengannya
Lalu perlahan mimpi-mimpi kadang dan ketika dari bocah itu pergi, terbang, lari, sama mentari
Lalu bocah itu paham, kalian dua kutub yang berbeda
Lalu kusadari betapa kecil nyaliku
Ketika bola basket dan puisi saling beradu

Read more »

Jumat, 14 Desember 2012

Bunga

Mawar merah, menggoda, indah, berduri tajam. Jika tergores, lukanya tak kunjung padam. Mawar merah, bertahun-tahun berlalu sejak aku menanamnya. Di ujung jalan sempit menuju kontrakan, tempatmu berlalu-lalang, tiap hari, dengan almamater tersampir di pundak, atau mungkin kau ikat di perut. Aku tidak tahu kebiasaanmu. Mawar merah, kelopaknya rontok satu per satu. Ketika tersiram kencing kucing atau anjing. Lalu-lalang menuju kontrakan. Lalu seseorang datang dan mungkin menutupnya pakai anyaman bambu.

Kasihan, kasihan, belum lagi tumbuh dewasa, tapi sudah tersiksa. Ditutup anyaman bambu lebih enak ya? Bebas dari kencing anjing, bebas dari asap motor. Biarpun cuma sedikit. Lubangnya terlalu besar. Tapi itu perlu, kau tahu, biar kau tumbuh besar. Jadi mawar yang semakin indah. Biar kau tumbuh besar, bisa diambil orang.

Mawar merah, menggoda, indah, berduri tajam. Jika kau besar nanti, tanggalkah duri-durimu? Onak penusuk yang menyakitkan, atau malah semakin menggila. Tak berduri saja, tapi racunmu juga. Aku jadi ingat, tokoh kartun, Poison Ivy namanya. Benar bukan? Bukan begitu? Sungguh indah dan menggoda, jerat setan yang diberi taburan pewarna dan kelap-kelip, apa itu, glitter namanya kata orang, memikat, menawan, lalu, SRET!!! Satu mangsa kena.

Melati putih, tidak indah, layu kuncup. Hanya bagus untuk campuran teh. Dicelup-celup air panas. Lalu aku kasihan dan mencoba mencari tahu. Hei melati putih kecil, apalah gunamu ada di dunia yang kejam ini? Bukankah hanya teh panas saja yang kau terima? Ikhlas nian dirimu, atau kau juga sama dengan mawar merah, jerat iblis yang tampak suci? Ataukah sama kau ini agennya si iblis pendusta, yang kerjanya memakan orang-orang yang coba memetik asa.

Read more »

Kamis, 13 Desember 2012

Youtopia, Youtopia

1
Cendawan di ujung jalan, dibasmi tanpa perlawanan,
lalu, muncul, muncul, muncul, lagi seribu.
Ketika tangan-tangan datang mencabut mungkin belum tiba pada akarnya,
hingga muncul, muncul lagi seribu.
Seribu cendawan, seribu jamur, seribu kenangan manis
Bukan masalah mencabutnya satu-persatu,
hanya saja terkadang kulit ikut tercabut
sehingga perih kadang turut serta
lalu pelan-pelan coba ditutupi

2
Dalam dunia yang serba sempurna, dalam fana yang serba ada
engkau mencoba berlari, menjauh mencoba menembus barzah.
Batas-batas antara mimpi dan nyata
Sayang, sayang, satu tangan masih melekat di kaki
satu wajah masih enggan pergi,
hingga tiba masamu terombang-ambing dalam lautan duri

3
Cendawan oh cendawan, betapa kau wangi dan memabukkan
cendawan oh cendawan, makanan para dewa
cendawan, kemarilah, ada tempat di dunia yang terlalu sempurna ini
untukmu bernaung dan menancapkan akarmu.
Karena kau pun bukan kesempurnaan.

4
Memandangmu, itu bukan dosa
merawatmu, apalagi.
Bercengkrama, itu bukan dosa
berkata-kata, apalagi.
Bercumbu, mungkin itu dosa
mengumbar kepalsuan, apalagi
karena bukan yang masuk yang menajiskan
tapi apa yang keluar
apalagi tanpa adanya kekang
tanpa didukung dari belakang.

dari dunia yang mungkin terlalu sempurna, sehingga nampak cacatnya

Read more »

Selasa, 04 Desember 2012

Bangku Beton

Dari balik layar. Dari balik layar hitam, terang, cahaya digital. Dimana awan sering bermain dan menari-nari bersama jemari besar, ketika langit tak lagi tertawa riang dan undangan-undangan datang menyerang.
Lalu, jemari riang meloncat kesana-kemari, menulis eulogi semu untuk masa yang akan datang, untuk masa di mana poin-poin dikumpulkan dan dipahat dalam selembar kertas putih, bersih.
Kereta tanpa kuda lalu datang. Menantikan dia duduk dan membelainya.
Mana kudanya? Mana kudanya, di dalam sana, tertutup lempeng besi. Memastikan dia sampai di singgasananya.
Lalu, ketika dia datang, dalam balutan kain merah dan biru kusam, bercengkrama lalu tertawa, dan segera pergi dari pandangan, kedua bola mata yang sedari tadi menatap dengan harap dan mengaburkan cita. Dari bangku beton taman dingin.

Read more »

Minggu, 18 November 2012

Selangkah di Depan

Menyambut tahun baru 1434 ini, ada status baru yang terpampang di dada ini: Alumnus TFT.

Jedarr! Oh God Why... Rasanya belum lama mengambil ilmu dari organisasi, eh udah keburu jadi Trainer. Percepatan toh tidak selamanya baik. Tapi ya ini tugas besar yang menanti di depan, membina kawan-kawan yang baru masuk, padahal awak juga baru masuk tahun lalu. Duh..

Ada kalanya, sebelum kita bisa berjalan, kita harus bisa berlari, yah, itu yang kupelajari dari sepotong adegan film yang tidak bosan-bosan kulihat. Mungkin kita akan terjatuh, tapi bagaimanapun harus bisa bangkit lagi dan meneruskan lari.

Jadi pemimpin bukan beban, tapi amanah yang harus diemban sebaik-baiknya.

Tapi ya... kalau bisa saya belum mau jadi pemimpin, hehe...

belum sanggup.

Read more »

Kamis, 25 Oktober 2012

Intimidasi

Totem serigala. Kubaca itu dalam secarik kertas di sebuah buku.
Tentang seorang pemuda dan sekawanan pejuang mengadu nyawa, dengan gerombolan taring dan cakar lapar. Mungkin lebih baik bila aku di sana.

Mongolia 1962, ketika panji merah bertandang ke padang rumput.
Mungkin lebih berani aku menantang segerombolan serigala lapar, dengan galah laso di tangan dan lembaran laken penghalang dingin.
Ketika daging domba menjadi makanan utama dan lolongan malam serigala jadi pelengkapnya.

Di sini, Indonesa 2012, bahkan aku tak mampu sekedar mengangkat kepala dan mengajakmu berkata-kata.
Ooh, bukankah ini si pengecut yang berdiri di depanmu, dengan kepala lesu tertunduk mengangan-angan apa yang akan disampaikan.
Hei, serigala itu tidak lebih mengintimidasiku.
Daripada kau yang duduk di tempatmu, ketika kita bertukar pandang, walau tanpa sengaja.

Akan kukumpulkan sedikit keberanian yang tercecer, sambil perlahan menguatkan kaki.
Lalu ketika tiba waktunya nanti, akan kubawa selembar kulit serigala, dan detak jantungnya.
Kupakai dan kutanamkan dalam dada.
Nanti, nanti, nanti, tiba waktunya.


*Sudah 2 hari dan masih tak punya nyali.*

Read more »

Kamis, 18 Oktober 2012

Lho, Saya Ini Sudah Haji.

Suatu ketika di Tahun 2011 Pak Abdul sekeluarga dipanggil Allah ke tanah suci untuk menunaikan ibadah haji. Alhamdulillah, semua berjalan lancar, sampai negara api menyerang..... *please stand by*

Alhamdulillah, semua berjalan lancar, dan Pak Abdul sekeluarga pulang ke tanah air dengan selamat. Kemudian, beberapa bulan setelah kepulangan Pak Abdul, keluarga Pak Budi -teman Pak Abdul- mengadakan walimahan nikah anaknya, tak lupa Pak Abdul diundang. Namun agaknya Pak Budi lupa menuliskan gelar "H." di depan nama Pak Abdul. Alhasil ketika surat diantar oleh pak pos, Pak Abdul protes,

"Lho, ini nama saya kok tidak ada "H"-nya, saya kan udah haji?"
"Lah, mana saya tahu pak, masih untung nggak saya tambahi "Alm." ujar pak pos ketus.

Sepotong cerita di atas mungkin sering kita lihat dalam kehidupan nyata ya, orang yang sudah berhaji pasti ada gelar "H" sebelum namanya, atau "Hj" jika yang bersangkutan wanita. Padahal jika kita lihat jamaah haji dari negara-negara lain, Arab, Malaysia, negara-negara Eropa, AS, bahkan negara api, sepulang berhaji tidak ada kok yang menambahkan gelar "H" atau "Hj" di depan namanya.

Karena memang dalam syariat Islam tidak ada ketentuan untuk menambahkan embel-embel tersebut. Cuma di Indonesia saja mungkin yang ada gelar seperti itu. Menarik ya negeri kita ini. Sukanya mengada-ada. Tidak jarang seseorang marah kalau tidak ada gelar "H" itu padahal sudah pernah pergi haji. Mungkin bagi mereka itu semacam kebanggaan, padahal itu toh ibadah, antara kita dan Allah. Tidak terlalu berbeda dengan puasa, zakat, dan shalat, semuanya bertujuan mendekatkan diri pada Allah.

Nah lo, sekarang timbul pertanyaan, kalau misalnya puasa dan shalat juga dikasih gelar semacam itu di depan namanya dikasih P atau S, artinya dia sudah sholat atau puasa. hehe. Nggak terbayang betapa nama orang Indonesia akan sangat panjang.

Jadi, sebetulnya itu pilihan kok, apakah mau memberi nama gelar H atau tidak, kembali pada diri kita masing-masing, kalau dirasa akan menimbulkan riya', ya mending nggak usahlah, tapi kalau tujuannya untuk motivasi orang lain, ya itu sah-sah saja, yang penting hati-hati

Jangan-jangan nanti kalau kita sudah bisa pergi haji sampai tiga kali gelarnya jadi "HHH" Triple H, alias HaHaHa.

hehe.

tulisan ini kalau menyinggung jangan dimasukkan ke hati ya, tapi ke otak dulu, coba introspeksi, kenapa tersinggung. mohon maaf lahir batin :D

Read more »

Rabu, 17 Oktober 2012

Reminiscence

Betapa bodoh, ketika dulu seorang pemuda mengejar bulan purnama di ufuk timur. Bukan bodoh mungkin, lebih tepatnya lugu. Lugu dan tidak tahu tentang sakitnya jatuh dari ketinggian. Dia mendapat pelajaran, jangan mencoba terbang jika belum waktunya, karena nanti pasti akan jatuh juga. Benar kan?

"Bagaimana dengan mereka yang sudah terbang? Padahal belum tiba waktunya bagi mereka untuk terbang!" dia berseru.
"Bukankah kau lihat mereka jatuh lagi?"
"Benar, tapi kebanyakan dari mereka terbang lagi. Bukankah ini berarti aku tidak punya semangat?"

Sayang, kenapa engkau tidak melihat bahwa tenaga mereka sudah berkurang. Mereka yang terbang sebelum waktunya, nanti akan kehabisan tenaga jika waktunya tiba bagi mereka untuk terbang. Seolah-olah mereka tahu bahwa apa yang mereka lakukan benar, tapi belum tentu bukan?

"Bukankah mereka selalu tampak segar? Tenaga mereka sepertinya akan tetap ada jika nanti tiba waktunya terbang. Sungguh, aku iri!"

Sayang, penampilan luar tampak sangat menipu, tapi apa yang didalamnyalah yang perlu kau perhatikan. Bahwasanya tenaga-tenaga mereka sudah habis, menggapai bulan purnama semu di ufuk timur. Belum lagi waktunya terbit. Terlalu cepat sepuluh tahun jika kau terbang sekarang. Biarlah mereka terbang sesuka hati, menggapai purnama semu itu. Ada satu yang menantimu jika tiba waktunya. Bukankah purnama semu hanya memberikan pepesan kosong? Jarang sekali yang menawarkan kenyataan.

Read more »

Minggu, 07 Oktober 2012

Sekokoh Batu Karang

Batu karang yang ada di laut begitu kokoh. Sejujurnya aku kagum pada batu itu dan sekaligus malu. Bagaimana mungkin, sebuah batu yang notabene tidak punya akal dan kecerdasan bisa bertahan walau setiap hari diterpa ombak. Pagi, siang, sore dan malam, dua puluh empat jam sehari, tujuh hari seminggu. Sedangkan kita, diterpa gonjang-ganjing kehidupan sehari saja sudah loyo, seolah Tuhan meninggalkan kita. Padahal kita diberi fasilitas otak, akal pikiran, bahkan fasilitas sholat, dzikir dan do'a, yang semuanya bisa dijadikan senjata menghadapi samudera kehidupan.

Mungkin sebagian dari kita bilang, "Yah namanya juga batu karang, yang dilawan kan cuma ombak, lha kita, yang dilawan masalah bejibun."

Hei, ya wajar lah kalau batu karang yang dihadapi itu cuma ombak, lha dia kan cuma dikasih modal badan, tanpa akal pikiran, otak, bahkan nggak bisa sholat, do'a, dan dzikir. Kita punya masalah mungkin sejuta bahkan dua juta, tapi jangan lupa, kita juga punya sejuta dan dua juta akal untuk menghadapinya.

Lelah menghadapi masalah? Itu manusiawi. Sedih? Wah, itu malah lebih manusiawi lagi. Namun, itu tidak boleh jadi alasan buat kita menyerah kalah dengan keadaan. Apapun masalah yang kita hadapi, yakinkan dirimu, kita lebih kokoh daripada batu karang. Sejuta dua juta masalah datang tidak akan jadi penghalang. Bukankah masalah yang datang itu akan menaikkan derajatmu?

Semangatlah, apapun yang dihadapi. Jadilah sekokoh batu karang.


(Sekedar penyemangat bagi yang dirundung masalah [termasuk penulis, hehe.] )
 

(Jangan takut! Jangan Sedih! Sesungguhnya Allah bersama kita!)

Read more »

Jumat, 28 September 2012

Menikmati Tantangan

Sudah cukup lama juga saya vakuum nih di dunia tulis-menulis, saya putuskan hari ini akan kembali sejenak duduk santai di muka laptop dan sekedar sharing-sharing pengalaman beberapa minggu ini.

Oke, sekarang sudah minggu ketiga di semester tiga. Harusnya sudah banyak perubahan yang terjadi, tapi saya sendiri kurang tahu kenapa, rasanya ada yang kacau dengan Start saya di semester tiga ini. Mengaca pada semster dua dan satu, rasanya Start di semester tiga ini buruk sekali. Jujur, saya gedandapan menghadapi tugas-tugas yang datang bak air hujan. Padahal baru minggu ketiga, masih ada sekian minggu lagi tersisa di semester ketiga ini.

Belum lagi tugas-tugas dari organisasi yang bisa dikatakan nggak gampang. Banyak kegiatan yang belum terlaksana, pendanaan yang macet, dan yang paling bikin merinding disko yaa, promosi tiba-tiba dari pak Kapel merubah saya dari staff jadi Kadiv transkoper, transportasi, akomodasi, perlengkapan. Oh man, banyak bingung dan sedikit mangkel serta kecewa pada keputusan itu. Sebetulnya nggak susah-susah amat kok jadi Kadiv, apalagi transkoper, saya dulu udah pengalaman jadi Kadiv Transkoper waktu idul adha. Yah, tapi kan idul adha acara skala lokal, nah ini acara nasional. Udah gitu ditunjuk waktu H-17 lagi. Et dah!!

Tapi ya sudahlah, toh amanah datang bukan untuk ditolak. Berarti ada kepercayaan dari teman-teman dan pak Kapel bahwa saya mampu. Bukan hal yang bagus untuk menyia-nyiakan kepercayaan yang udah didapat. Tapi nih terakhir dah buat saya jadi Kadiv Transkoper. Bosen cuy, dua kali jadi Kodiv di divisi yang sama. hemm. . . . Yah, paling nggak saya bersyukur nggak dipromosi jadi Kapel. hehe.

Ini tantangan buat saya. Tantangan untuk sekali lagi membuktikan bahwa saya mampu. Tantangan ini datang bukan untuk dihindari, tapi untuk dinikmati. Sesuai judul tuh, menikmati tantangan. Hehe.

Sebetulnya yang bikin males itu kalo harus berurusan dengan birokrasi. Harus ke kantor lah, ke PD lah, harus ini dan itu. Apalagi di per ruwet, walaupun sebetulnya nggak mesti, tapi udah jadi doktrin dalam diri saya kalau berurusan dengan birokrasi itu bikin rumit. Yah, itu harus dihapus sih sebetulnya. Makanya selama ini saya selalu menghindari tugas-tugas yang berkaitan dengan birokrasi. Minta tanda tangan, pinjam tempat, ini dan itu. Labih baik buat saya jadi konseptor, ke sponsor2. Nah, itu baru tugas yang nikmat. Semoga di penugasan-penugasan berikutnya saya bisa dapat tugas yang nikmat. hehehe.

Read more »

Kamis, 06 September 2012

Memupuk Harapan Baru

Waktunya pasang tampang serius. Jiwa-jiwa baru sudah mulai menapakkan kaki ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Amunisi baru bagi setiap geng yang mengharap tambahan kekuatan di awal tahun.

Wahai senior, yang sudah kadung 'mencicipi' santainya dunia kuliah, jangan keterusan dan tetap memasang tampang santai. Ingat! Ada tunas-tunas baru yang perlu kita bina bersama, walaupun sebenarnya kita juga belum lama-lama amat jadi mahasiswa. Tapi, adalah tugas seorang kakak untuk membina adiknya. Tidak peduli seorang kakak itu hanya beda satu tahun diatas adiknya. Jangan lupa juga, amanah akademis kita. Tujuan utama kita masuk dunia kuliah.
Buat para junior, freshman, jangan terlena dengan santainya dunia kuliah, tapi juga jangan terlalu tegang.
Ada tantangan menghadang di depan mata, dengan segala sesuatu yang baru dan nyaris 100% berbeda dengan dunia lama kita. SMA. Jangan harap bisa dengan mudahnya melewati pelajaran-pelajaran dan berkata . . . Fuck Yea!
Tapi, jangan juga dibawa stress, okeh? Terlalu serius juga kurang bagus buat kesehatan. Cari teman-teman yang bisa saling support, membawa ke arah yang lebih baik, yang bisa menghibur tanpa melenakan.
Jangan takut, jangan gentar, tetap berpegang teguh pada satu keyakinan, bahwa Allah selalu bersama hamba-Nya. Dia lebih dekat bahkan daripada  urat leher. Kapanpun godaan terasa menguat, terasa sulit diatasi, sempatkanlah waktu sejenak, tengadahkan tangan di hadapan-Nya, dan mohonlah kekuatan yang luar biasa untuk tetap di jalan kebenaran. Berbarislah dalam shaf dan kokohkan sebagaimana tembok bata yang rapi, maka akan kau temukan kekuatan ukhuwah yang mampu melindungi dari derasnya arus duniawi.

Akan kami nantikan partisipasimu wahai tunas-tunas harapan baru.

Read more »

Jumat, 31 Agustus 2012

Rantau

Andai aku pergi sebulan ke luar kota, gimana keadaan orang rumah?
Apa sedih, biasa-biasa saja, atau malah senang?
Andai aku pergi merantau, misalnya kuliah di kota orang, atau kerja gitu, gimana keadaan orang rumah?
Apa tetap sering kontak? Sms lah, telpon lah, chatting facebook.
Andai aku balik dari perantauan, gimana keadaan orang-orang?
Senang, biasa-biasa, atau malah sedih?
Andai aku pulang, lalu mau kembali lagi ke tanah rantau, apakah sudah pantas untuk diantar?
Atau harus memohon-mohon?

"Jadilah orang yang dirindukan ketika pergi, dan selalu dinantikan kedatangannya."

Ya memang sulit punya kualitas diri seperti itu. Setidaknya beberapa temanku sudah punya. Dirindukan ketika pergi, dan selalu dinantikan kedatangannya. Bahkan teman-temannya ada yang datang mengantarkan kepergiannya ke tanah rantau.

Aku jadi ingin merantau. Melihat negeri orang, minimal provinsi atau kota orang.
Bertemu dialek-dialek baru, cuaca dan masakan yang baru.
 Masakan Padang, yang 'asli' Padang.
Pisuhan orang-orang yang khas dialeknya, tidak sopan sih, tapi menarik.
Kalau bisa, melihat salju yang 'asli' yang turun dari langit ketika cuaca dingin.

Dan yang (mungkin) paling kutunggu, cinta kasih yang diterima ketika kembali ke tanah asal. Mudik, meng-udik, pulang ke udik, ke tanah kelahiran.

Merantau. Rasanya sudah nggak bisa sabar, untuk belajar di negeri orang.

Read more »

Kamis, 09 Agustus 2012

Makan Siang Di Bulan Ramadhan



Kalau lihat gambar makanan, bawaannya lapeer melulu. Hmm. . . Sedaapnya nasi padang di siang hari ditemani es jeruk yang baru diperas. Wiih. . Surga dunia. Tapi, jangan lupa, sedang puasa loh, hehe. Tahan ya, sampai tiba waktu berbuka.

Tapi, rupa-rupanya ada loh saudara kita yang tidak puasa. Yang mana? Yang di vihara, pura dan gereja? Ya iya lah, emang bukan kewajiban mereka.

Oke deh, bukan muslim, wajar jika tidak puasa. Tapi hari ini, tanggal sembilan agustus dua ribu dua belas, 9-08-2012, tepatnya 20 ramadhan 1433, 20-09-1433, di siang hari yang terik setelah membeli kardus di kota batu, saya, penulis, menemukan kejanggalan di dekat kuburan cina kota batu. Ada rame-rame orang berkumpul. Selidik punya selidik, ada yang jualan makanan di situ, entah bakso atau es campur, yang jelas sangat menggoda orang yang sedang puasa. Nah timbul pertanyaan, apakah semua yang ada di situ non muslim? Kalau iya, maka no problemo, dan tulisan ini bisa selesai di sini. Tapi yang jadi masalah, Indonesia itu 80% muslim, bisa jadi orang yang ada di situs sebelah makam cina itu juga 80%. Hmm, baru jadi masalah ni, dan tulisan ini bisa lanjut. Tanpa bermaksud untuk berburuk sangka pada mereka nih. Siang-siang kok makan sih? Nggak puasa emang?

Hmm. . Puasa emang ibadah yang unik, karena sifatnya yang begitu personal. Hanya Tuhan dan pelakunya saja yang tahu. Beda dengan sholat, disembunyikan sedemikian rupa, pasti sesekali orang itu pergi keluar sholat jamaah, walaupun cuma sholat idul fitri. Zakat? Disembunyikan sedemikian rupa juga pasti ada orang lain yang tahu? Loh siapa? Ya yang nerima lah. Hehe. Lah ente masak zakat diberikan pohon atau hewan, pasti manusia kan.

Saking uniknya, bahkan dalam Al-Qur'an Allah tidak menyeru seorang muslim untuk berpuasa, melainkan orang mukmin. Nah lo, berarti walaupun udah muslim, bisa jadi belum mukmin. Contohnya ya yang sedang makan di pinggir jalan siang tadi, masalah tuh. Eh enggak ding, jangan berburuk sangka, mungkin mereka umat non muslim, atau kalau mereka muslim, mereka lupa kalau ini bulan puasa.

Masalah kedua muncul nih, terlepas dari siapa yang makan di pinggir jalan itu. Masalahnya ada di penjualnya. Itu penjual mungkin nyawanya seribu ya, dikala teman penjual lain petak umpet menjual makanan di siang hari, eh dia malah terang-terangan di pinggir jalan. Nggak takut di sweeping? Ini nih masalahnya, bagaimana kalau ternyata penjualnya tidak punya keahlian lain selain membuat makanan untuk dijual? Apa mau stop jualan di bulan puasa? Mereka sekeluarga dapat nafkah dari mana dong? Jualan malam bisa, tapi orang-orang pada tarawih, yang beli siapa dong? Apa mereka mau nggak tarawih? Sayang dong, setahun sekali loh.

Seringkali kita, yang mengaku muslim dan mukmin, kurang peka dengan hal-hal semacam ini. Dengan alasan menghormati kesucian bulan ramadhan, mereka memaksa menutup warung-warung yang beroperasi di siang hari. Seringkali dengan anarkis. Okelah, kalau yang ditutup itu tempat-tempat hiburan yang kurang jelas, saya setuju, monggo diteruskan. Tapi kalau warung makan? Nanti dulu, saya kurang setuju.

Menurut saya nih, kesucian dan kehormatan bulan ramadhan tidak akan berkurang karena ada orang yang berjual makanan di siang hari di dalamnya. Kesucian dan kehormatan bulan ramadhan adalah tamu bagi masing-masing individu. Tergantung apakah dia mampu menghormati dan menyucikan bulan ramadhan. Banyak poster, leaflet, pamflet, baliho, bahkan sms-sms, yang mengajak kita untuk menghormati orang yang berpuasa, tapi jarang loh, ada yang berbunyi "Hormatilah Orang Yang Tidak Puasa".

Sayang sekali, bulan ramadhan yang suci dan terhormat sering ternoda dengan gontok-gontokan antara umat yang berpuasa dan yang belum maupun tidak berpuasa. Nah, mulai sekarang yok, kita benahi lagi. Ingat puasa itu privilege, puasa itu pilihan. Hanya orang terpilih yang mampu dan mau melakukannya. Ketika kita-kita yang mendapat privilege untuk bisa puasa minta dihormati, maka mengapa kita tidak menghormati mereka yang mendapat privilege itu? Doakan saja, agar mereka segera mendapat privilege itu dan bergabung bersama kita yang sudah lebih dahulu mendapatnya. Okay?

Betapa indah ketika mereka yang tidak puasa bisa menghormati yang berpuasa dan sebaliknya yang berpuasa juga bisa menghormati yang tidak berpuasa.

Read more »

Senin, 06 Agustus 2012

Merencanakan Perubahan: Semester 3

 Bismillahirrahmanirahim

Saya, pemilik sekaligus penulis tunggal (sementara) blog ini, Girindra Mega Paksi, menetapkan target untuk dicapai pada semester ganjil tahun ajaran 2012/2013 sebagai berikut:

1. IP kembali ke jajaran > 3.6
2. Turun berat badan, min.10 kg
3. Istiqomah di organisasi
4. Mencoba budidaya jamur tiram dan ikan gurami
5. Terampil nyetir mobil
6. Menulis >75 artikel sampai akhir semester
7. Istiqomah jadi mentor dan mentee


Demikian harap dijadikan maklum. Buat yang baca, mohon doa restu ya. :D

Read more »

Minggu, 05 Agustus 2012

Bukan Sekedar Nama Dalam Halaman

Hey, kata siapa aktivis nggak boleh egois? Aktivis pun juga manusia, punya rasa punya hati, malah kadang lebih peka. Ketika penat bertandang setelah mengurus aktivitas yang menumpuk di agenda, selalu ada sekilas wajah yang lewat di halaman yang dia buka. Tidak, dia tidak menyimpan fotomu, tapi dia tahu harus mencarimu di mana.

Bahkan suaramu yang -maaf- seperti singa laut sekarat pun dia simpan. Ada bagian kecil dalam lemarinya yang didedikasikan untukmu. Jangan khawatir, dia tidak menyembahmu, atau juga mengagung-agunkan dirimu. Kau dan dia sama, cuma manusia. Roh yang dibungkus daging dan kulit yang menanti panggilan. Sebelum nanti Tuhan berkata "Waktunya pulang wahai aktivis." Lalu mengutus malaikat menjemputnya, ingin sekali dia menunjukkan sebagian kecil lemarinya. Memang, dalam catatan-catatannya kamu bukan sekedar nama.

Read more »

Sabtu, 04 Agustus 2012

Highway to Hell vs Stairway to Heaven

Ada dua band ternama yang menurut aku nih nyentrik. Entah kenapa lagunya bisa tepat. Mungkin ya karena memang keadannya seperti itu. Band pertama yaitu AC/DC dengan lagunya Highway to Hell, terus yang kedua ada Led Zeppelin dengan lagunya Stairway to Heaven. Jujur nih ye, dua-duanya belum pernah dengar aku. Hehe. Baru lewat guyonan-guyonan ringan aja.

Tapi setelah ditelaah, ternyata, kedua lagu ini menggambarkan keadaan menuju tujuan yang ada di lagunya (asdasjkl ermahgerd). Fahim? hehe. maaf ribet nulisnya. Simpelnya gini nih, kita bahas yang Highway to Hell dulu yah..

Highway alias jalan tol. Siapa sih yang nggak tahu  jalan tol? Jalannya kan enak banget tuh, melenakan, mulus-lus kayak kaki baru dicukur. Udah jalannya lempeng, sepi, bisa kebut-kebutan, dan macem-macem lah, bisa bikin kita cepet sampai di tujuan pokoknya.
Hmm.. kurang lebih seperti itu juga rasanya menuju neraka, melenakan, enak, gampang, penuh kesenangan, tahu-tahu kita udah sampai, hihi. Nah lo, nyampainya itu yang nggak enak, masa nyampai ke neraka. Mau? Enggak kan? Makanya, jangan terlenakan dengan nikmat dunia. Memang enak, memang nikmat, tapi kalau kebablasan, nah tau-tau sampai dah kita di tujuan. Sebenarnya bukannya nggak boleh senang-senang sih, boleh, asal tidak melenakan, dan harus tetep inget sama tujuan kita, beribadah kepada Allah SWT.


Nah, lagu ke dua nih, Stairway to heaven. Sesuai namanya, Stairway, tangga -undak-undakan, taraje, ejan, palitan- adalah sesuatu yang membantu kita agar naik ke tingkatan yang lebih tinggi. Dari tingkat 1 ke tingkat 2. Dari basement ke tingkat 1. Tapi, jalan yang ditempuh mendaki, susah, berat, apalagi buat para pembesar, ya seperti saya ini pemuda berbadan besar. .hehe. Capek banget, melelahkan, bikin menggeh-menggeh, ngos-ngosan. Tapi, begitu sampai di lantai atas, wiih, rasanya bagai di surga, satu pencapaian -walaupun cuma naik tangga- sudah terlampaui.
Sama juga tuh kalau kita mau ke surga, berat, berat banget. Banyak anak tangga yang harus kita daki, ada yang namanya sedekah, sholat, zakat, dan lain sebagainya, dan itupun kita harus istiqomah, agar bisa sampai di lantai berikutnya. Coba bayangkan jika kita berhenti dia anak tangga ke sekian, palin-paling dibentakin sama orang lain, jangan berhenti dong om di tengah tangga. Segera motivasi diri untuk sampai ke tingkat yang lebih tinggi.

Intinye nih, dalam hidup ini serba melenakan, ya, boleh lah, sesekali kita beristirahat menikmati dunia, tapi ingat, manusia cuma mampir ke dunia, ibarat musafir yang duduk di bawah pohon apel, kemudian dia kejatuhan buahnya dan menemukan hukum gravitasi, kemudian bangkit lagi untuk melanjutkan perjalanan. Jangan lupa ada tangga yang harus kita daki untuk menuju ke surga. Sesuai dengan namanya, mendaki tangga, pasti berat, tapi kalau kita tetap istiqomah mendaki, rewardnya luar biasa. Jangan sampai kita terlena masuk ke jalan tol yang ujung-ujungnya mengantar kita di tujuan yang salah.

Jadi, mau pilih mana? Stairway to Heaven atau Highway to Hell?

Read more »

Kamis, 02 Agustus 2012

Mencicip Kue Mentah

Hmm... menengok judulnya, seperti postingan tentang kuliner, padahal bukan loh. 


Pernah nggak pembaca membuat cake atau kue sendiri di rumah, entah itu tart, pai buah, donat, kue kering untuk lebaran, atau apapun itulah. Pasti pernah kan? Dalam proses memasak kue itu, tentu membutuhkan adonan, yang biasanya terdiri dari terigu, telur, tepung, gula, mentega dan lain-lain.

Naah, baik pemasak yang udah pro, -atau yang berlagak pro : P- pasti mencicip adonan itu, walaupun cuma sedulit, dirasa-rasa, kurang apa ya. . kurang gula atau kurang mentega, kemudian ditambahkanlah yang kurang-kurang itu. Tentu nyicipnya cuma sedulit, coba kalau nycicipnya sebaskom, wah, nggak jadi bikin kue dong, habis adonannya.
Sayangnya hal itulah yang sekarang banyak terjadi di permukaan bumi, orang-orang banyak yang mencicip kue sebelum matang. Udah gitu yang dicicipi nggak cuma sedulit, sebaskom, bahkan bisa lebih. Tentu yang saya maksud bukan secara harfiah loh.


Banyak sekali sekarang muda-mudi yang mencicip mawaddah, indahnya berpasang-pasangan, tapi sebelum tiba masanya. Jalan ke mall bareng, makan bareng, gandengan kesana kemari, nonton bareng, nanti pacarnya lompat ke sumur jangan-jangan mau bareng. Padahal belum sakinah, apalagi rohmah. -Paragraf ini ane nyontek sedikit dari karyanya Kang Salim A. Fillah :D-


Dengan alasan yang seolah-olah benar, untuk motivasilah, ini-itu lah, dan lain sebagainya yang padahal nggak benar. Nanti kalau udah putus, galau. Berasa bosan hidup di dunia yang indah ini. Hmm, susah deh. 


Sekilas info nih, buat yang belum tau pacaran itu gimana, pacaran itu enak banget, sumpah. Berasa dapat perhatian ekstra. Tapi apakah itu benar di muka agama? Tentu saja enggak. Penulis udah pengalaman. Hehe. Tapii, jangan ditiru yaa. . . :D


Lah, terus kita harus gimana? Merahib gitu? Jauh-jauh dari yang namanya lawan jenis?


Ya nggak juga dong, silahkan naksir, monggo kalau memang suka, be a gentle man, kalau emang suka dan siap, samperin ke rumahnya, ngomong langsung ke emak-bapaknya, minta anaknya buat dinikahin. Kalau buat yang cewek sih, jangan gitu, hehe, bilang ke orang tua, minta dilamarin. Enggak apa-apa, buka suatu hal yang tabu seorang wanita meminta dinikahkan dengan pria yang dirasa cocok dengannya.

Logika sederhananya nih ya kalau pacaran itu kita ibarat ke kebun bunga, kita lihat satu-satu mana yang sekiranya bagus, sreg di hati, terus kita petik, nanti kalau nggak cocok kita buang kita cari lagi yang baru. Nah lo, terus bunga yang udah kita buang itu gimana nasibnya? Apa ada yang mau ambil?
Buat para pembaca laki yang udah kadung in relationship nih, kalau kita disuruh milih, ada dua cewek, yang satu mantannya bejibun, yang satu lagi boro-boro punya mantan, kesentuh cowok aja langsung lari ke kamar mandi, wudhu lagi. Ente pilih yang mana? Yang kedua? Nah kalo pilih yang kedua, mengapa sekarang ente malah memproduksi yang tipe pertama? Kasihan dong entar suami dia, dapet tipe satu padahal yang dipinginin tipe dua.


Buat pembaca wanita, kasusnya sama nih, satu laki-laki udah punya mantan bejibun, satunya lagi nggak mau kesentuh lawan jenis yang bukan mahramnya. Pilih mana hayoo?


Nah, maka dari itu, yuk kita mulai memperbaiki diri dari sekarang, kita tengok lagi apa sih manfaatnya pacaran? Hidup kita masih panjang, sayang kalau dibuat pacaran, pacaran mah entar aja kalau udah dibilang sah sama penghulu sama saksi-saksi. 


Sebetulnya, penulis ngerasa nggak enak hati nulis kayak gini, karena penulis juga udah pernah tuh nyicip adonan, dua kali lagi, penulis rasanya kurang pas mengingatkan dalam hal ini. Tapi mumpung masih ada waktu untuk memperbaiki diri, yuk kita memperbaiki diri bareng-bareng. Memang bener, pacaran itu enak, enak banget malah, tapi apa pacaran itu udah bener? 
Adonan mentah jangan dicicipi, okay? Karena kenikmatan kuenya bisa berkurang ketika nanti matang, apalagi yang adonannya sudah habis dicicipi. Kalau udah matang kan enak.


Pun demikian dengan pacaran, boleh kok kalo udah ada salaman kayak gambar ini nih. Baru deh tu, puas-puasin loe pacaran. Berpahala lagi. Hehehe.

Read more »

Rabu, 11 Juli 2012

Enigma. . Kapan Berlalu

Just another sob story. Yah, story of my life. Somehow life get worse day by day. Yang ini lah, yang itu lah. Mungkin sudah sifat pribadi manusia untuk banyak mengeluh ya. Hehehe. Mengejutkan di hari itu. Hari minum STMJ, plus jinten untukku -katanya sih obat segala penyakit-, not bad, rasanya manis dan hangat. Lalu datang juga info itu, *duerr* berasa disamber petir di siang bolong.

Dari lima orang yang keluar malam itu, empat diantaranya sudah punya kekasih, ada yang baru 3 bulan, baru 2 bulan, sudah 1 semester, dan 2 tahun. Oh God.. why....

Guess what, semua yang sudah ada pendampingnya itu bukan aku. Mirip seperti postingan di salah satu situs humor, *ehem* 9Gag *ehem*. . . Dalam postingan itu kurang lebih intinya

*The Moment when you realize, you're the only one in your groups that haven't get laid yet.*




Oh god, postingan yang jadi kenyataan. Ternyata kejadiaan ke saya. huhu . . . sejujurnya, nyesek juga, tapi harus dikuat-kuatkan lah. haha. semua ada waktunya, dulu saya udah pernah, mungkin sekarang giliran saya. tapi ya.. kok pas banget saya sendirian. . huhu. walaupun semuanya LDR tapi tetep. things won't be the same. .

I would like to not give a fucks, but, somehow i just can't

Dan sekarang waktunya untuk menatap ke langit, dan berkata. . . Couples . . Couples everywhere. . . nasib..

Ooh, enigma. somehow LDR membuat sesek ini sedikit lega. bayangkan seandainya SDR, shor distance relationship.  .  .  .  .


I'M DOOMED . .

Read more »

Rabu, 04 Juli 2012

What A Day!!

Beban yang lepas hari ini kembali menghantui. Oh, entah kenapa arus nasib membawaku kesini. Aku ingat, pernah bahagia karena beban itu sudah lepas, sudah pergi meninggalkan ransel yang kuletakkan di sudut ruangan. Mungkin bukan seperti itu, beban itu bisa jadi tidak pernah meninggalkan tempatnya, hanya saja aku yang kembali menggendong tas itu. Tas berat yang menekan punggung. Entah kenapa ketika aku membawanya, kupu-kupu beterbangan dalam perut. 

Ya, padahal sudah aku putuskan, untuk tidak membawanya lagi, bahkan aku sudah berikrar:

"Akhirnya beban itu lepas sudah, ada jalan baru yang harus kutempuh. Sudah cukup hidup di masa lalu. Karena aliran kita toh sudah terpisah. Yah, ada beberapa yang masih kusimpan, dalam ponsel tua ini. Biarkan itu tetap tersimpan"

Pelajaran hari ini, jangan membuat janji yang tidak bisa kautepati. Tapi, Hey! Itu sebuah janji yang bagus bukan?

Entah kenapa ransel itu masih kugendong, kubawa berkeliling ruangan. Lelah? Penat? Ya sudah tentu. 

Aliran kita memang sudah terpisah, tapi kurasa tak ada salahnya bila sesekali aliran itu bertemu. Itukan takdir Tuhan. Bolehkan jika aku sejenak menikmati hanyut dalam arus, apa dayaku melawan kuasa Tuhan? Semoga itu bukan dorongan dari setan. 

Takdir ya takdir, ada kalanya menyesakkan, ada kalanya menyenangkan. Ada kalanya mereka datang berdua sehingga kau bingung apakah kau harus sesak atau senang. Atau terlalu senang hingga dadamu sesak.

Read more »

Rabu, 27 Juni 2012

Maaf! Jihadku Belum Sampai

Maaf, saudaraku, belum bisa aku berkunjung ke tanahmu lalu menepis duka.
Di wajahmu, di wajah masyarakatmu.
Maaf, karena di sini di tanahku, setan masih senang berkunjung.
Aku pun berjuang di sini.
Hanya sedikit beda kita, kau menenteng senapan dan sepotong perisai tutup kaleng.
Juga granat-granat kecil batu kerikil.
Aku pen menenteng sesuatu dalam tanganku. Sepotong pena, penghapus, dan buku.
Belum serius pula aku dalam perjuanganku.
Maka maafkanlah, bukankah aku hanya akan menganggu, jika berangkat dengan setengah niat.
Saudaraku masih banyak yang lapar, bodoh, dan tersiksa.
Sayang, bukan karena mereka malas, bukan pula kurang gigih.
Tapi tangan-tangan yang memegang roda kemudi yang tiada punya peduli.
Begitu aku selesai dengan urusan di sini, tunggulah, tunggulah, aku akan ke sana.
Paling tidak doaku sudah sampai ke sana. Menemanimu.

Read more »

Minggu, 17 Juni 2012

Sweet Sweet Revenge: Damn True Story.

Kisah dimulai pada suatu hari beberapa bulan sebelum unas 2011. Seorang pria punya seorang sahabat, seorang wanita, yang sangat dekat bahkan kalau boleh dibilang kayak orang pacaran. Pada waktu itu, si pria *ehem* masih punya pacar, bukan si wanita itu, tapi seorang wanita yang lain, the special one.

Well, anyway, suatu hari tanpa disadari si pria terlalu nempel sama someone specialnya, hingga membuat sahabatnya, si wanita, kecewa karena nggak diperhatikan. Beberapa hari kemudian si pria coba bicarakan masalah itu. Untung deh, sahabatnya mengerti dan memberi maaf, walaupun lewat obrolan yang alot, thank God...

Dikarenakan ujian menjelang maka si pria dan the special one memutuskan mengambil jeda menanti unas. Somehow he know , this break is forever.. Jelas, si pria galau, tapi ya mau gimana lagi.

Anyhow, satu-dua bulan jelang pertempuran hidup mati, si wanita, sahabat si pria, jadian dengan seseorang yang lain di dalam kelas mereka. Somehow, si pria tahu, this is payback time. Si wanita mulai pindah duduk dengan kekasih, meninggalkan si pria dengan dua orang sahabatnya yang lain. Si pria awalnya tidak peduli, toh dia juga sudah ijin sama gue mau nemenin pacarnya, kata si pria dalam hati.

Hari-hari berlalu, ternyata si pria makin galau, benar-benar payback time. Si wanita jadi jarang memperhatikan si pria dan lain sebagainya. Untung si pria masih disibukkan game, tapi ternyata masih galau juga. . -__- repoot. . .

Itulah yang harus diterima oleh si pria. Si pria menyesal dalam hatinya, kenapa dulu mencampakkan sahabatnya. Tapi dalam hati dia marah juga, kan cuma satu hari, padahal si wanita membalasnya berbulan-bulan. duh...

Puncaknya, beberapa hari menjelang pertempuran hidup mati. Hari jumat tepatnya setelah bermaaf-maafan pada guru di SMA, lima orang memutuskan pergi ke tempat sekolah dasar mereka, meminta doa restu bapak ibu guru yang dulu.

Lima orang itu, si pria, si wanita, seorang sahabat si pria yang merupakan pacar si wanita, seorang pria lain sahabat si pria, dan seorang wanita pacar si pria yang lain. sebetulnya, hanya para prialah yang benar-benar meminta restu, sedangkan wanita-wanitanya hanya ikut menemani saja. Setelah meminta doa restu, mereka makan di suatu rumah makan. Bayangkan, si pria yang sendiri harus berbagi dengan dua pasangan yang sedang berbagi kemesraan. Bagaimana sepinya si pria itu. Makanan yang enak pun hanya terasa di lidah, tidak menenangkan di jiwa.

Akhirnya masa sekolah pun usai, seorang pria dan dua pasangan kekasih yang berbagi meja itu berpisah mencari jalan masing-masing. dua pasangan itu kini sudah berpisah, masing-masing sudah punya pasangan lagi yang lain. Sayang, perpisahan fisik diiringi pula dengan perpisahan jiwa.

Si pria tetap memilih sendirian, dan mendoakan agar sahabatnya bisa terus berbahagia walaupun mungkin kini sudah berubah.

 Si pria tetap menjalin hubungan baik dengannya, walaupun hanya sekali-sekali. Dengan yang lainnya? Sama saja, itulah dunia baru kita.

For the man, the main character, now everything went better than expected


Read more »

Selasa, 12 Juni 2012

Say No To 'Sungkan'

Walaupun saya orang JAWA ASLI... Sempat terbersit di pikiran saya, ada apa dengan orang jawa? Mengapa mereka selalu dan selalu sungkan. Ini sungkan, itu sungkan, apapun sungkan.

Semisal ketika kita sedang bertamu di rumah orang, kemudian kita ditawari makan. 

Tuan rumah: ayo tamu, makan dulu. (senyum 2-2-7 ala pak harto)
Tamu: oh iya, tuan rumah, terima kasih, saya sudah makan (senyum ambigu) 
Tamu: (kesempatan makan nih, tapi sungkan, ntar dikira rakus) #nahanlapar

Anda kira sungkan itu hanya ada ketika menjadi tamu? Ooo tidak, menjadi tuan rumah pun banyak sungkannya. Misalnya kalau nggak nawarin makan, sang tuan rumah sungkan, nanti dikira pelit, akhirnya ditawari jugalah makan walaupun sebetulnya di meja makan belum tentu ada makanan.

----------------------------------------------------STOP------------------------------------------------------------

saya stop dulu karena dari sini pasti udah mulai kontroversi ini

*ini gimana sih penulis, ngaku Jawa kok nggak ngerti sungkan, nggak ngerti sopan santun!!*
(ujar seorang pembaca dalam hati)

*setuju! pasti nggak pernah ngerti toto kromo!*
(ujar seorang pembaca lain dalam hati)

weits, tunggu dulu, saya punya pembelaan. . . . . 

Bagi saya, sopan dan sungkan itu dua konteks yang bagaikan bumi langit. Sopan, artinya kita bisa berlaku tepat waktu dan tepat tempat, alias disiplin. Sopan bukan berarti harus lemah lembut, alon-alon, thimak-thimik, lemah gemulai, karena sopan itu bukan menari Srimpi. 

Okelah, mungkin dengan orang yang lebih tua (dalam hal umur, pangkat, ilmu, dll.) ada baiknya kita merendahkan suara, menjaga intonasi, tapi tetap tidak klemar-klemer dan tidak lelet, apalagi lelet yang dibuat-dibuat. Tapi bagaimana dengan teman sepergaulan, kondisi di jalan raya, masihkah kita perlu sikap seperti seorang penari kraton? Tentu Tidak.

Itu sopan menurut definisi saya.. sekarang lanjut ke sungkan..

Sungkan itu berarti membohongi diri sendiri, menipu keadaan agar terlihat sempurna, walaupun aslinya tidak. Contoh seperti orang yang diatas, yang nawari makanan tuh ketika ada tamu, atau tamu yang nggak mau makan ketika disuguhi.


------------------------------------------STOP----------------------------------------------------------------

Saya STOP lagi karena kontroversi pasti semakin menggila.

*Wah! ente kafir jangan-jangan, nggak mau ngikutin Rasul, padahal Rasul kalau ada tamu pasti disuguhin sesuatu untuk dimakan/diminum tamunya.*
(teriak seorang pembaca)

*Betul itu, udah jangan nerusin baca ini! Artikel sampah!!*
(teriak seorang pembaca yang lain)

hei, saya masih punya pembelaan lho. Lain dengan Rasulullah SAW, beliau menyediakan makanan untuk tamunya untuk menyenangkan tamunya, sedangkan kita? menyediakan makanan agar tidak dibilang pelit, apalagi bagi seorang pejabat, pengusaha kaya juga.

tamu yang menolak makan tadi juga, bukankah itu berbohong pada diri sendiri, menyiksa diri sendiri? sudah jelas lapar, masih sungkan. makan tu sungkan sampai kenyang. bukankah berbohong itu dilarang dalam Islam?

Oke, berbohong itu boleh dalam Islam, tapi tentunya bukan dalam hal seperti tersebut diatas. oke?

----------------------------------------------STOP--------------------------------------------------------------

sampai di sini dulu artikel saya. terima kasih.

n.b. jika anda membaca sampai sini, berarti anda sependapat dengan saya, karena jika tidak mungkin anda sudah pergi di tanda STOP pertama atau kedua. :D

with love from Malang.

"Saya orang yang punya malu dan jelas tahu sopan santun, tapi saya belajar untuk menghapus rasa sungkan dalam diri saya" 


Read more »

Senin, 04 Juni 2012

Film Pun Bisa Mengajarkan Suatu Kebaikan

Yah, satu lagi tulisan dari saya, kali ini santai sejenak lah ya, biar nggak berat-berat. Kali ini saya mau ngebahas tentang super heroes, jadi sit back and enjoy. :D

Ceritanya, siang ini saya mengerjakan tugas yang cukup berat, yang dead linenya jatuh esok hari. Yah ini kesalahan saya sih, suka menunda-nunda pekerjaan. Anyway, tugas saya itu berhasil saya kerjakan, lalu saya memutuskan untuk istirahat sebentar dan menonton kisah superheroes dari marvel, Thor sama Captain America. 
Overall filmnya bagus, dari segi cerita, maupun effect yang dihadirkan dalam film. 

Saya siap-siap nih untuk nonton The Avengers, walaupun itu film sudah keluar satu bulan yang lalu, tapi saya belum berkesempatan melihat, lebih tepatnya saya belum mau lihat, karena saya belum tahu background story masing-masing super hero.

Dari film yang saya lihat itu ceritanya hampir sama. Keduanya mengisahkan tentang seorang pejuang yang gagah berani melindungi negaranya dari ancaman, dalam hal ini Asgard untuk Thor, dan tentunya Amerika untuk Captain America.

Di akhir film keduanya juga cukup menyedihkan, dimana Thor harus berhadapan dengan saudaranya sendiri Loki. Yah, walaupun si Thor akhirnya menang, tapi dia harus mengorbankan kesempatannya bertemu lagi dengan Jane, kekasihnya selama diasingkan di bumi. Bukan cuma itu, saudaranya, si Loki, menghilang di kegelapan angkasa Asgard, walaupun di akhir film menampakkan diri lagi di bumi. 

Sedangkan untuk Captain America, dia juga harus mengorbankan kesempatan untuk bertemu kekasihnya lagi, Agent Carter, yang lebih akrab dipanggil Peggy. Captain America, alias Steve Rogers, harus mendaratkan pesawat tempur Red Skull yang dipersiapkan untuk menghancurkan New York, sayangnya pendaratn itu kurang mulus, dan Steve Rogers terpaksa mendarat darurat di padang es, mungkin kutub selatan atau kutub utara. 

Untungnya dia tidak mati, cuma "tertidur" sampai puluhan tahun. Maklum dia kan manusia super, hehe. Ketika bangun dia menyadari ada sesuatu yang salah dengan dunia itu, dan ketika keluar, Voila, dia tetap di New York, tapi 70 tahun kemudian. 

Dari kedua film itu, paling tidak saya bisa mengambil pelajaran, bahwa menjadi seorang yang mempunyai kelebihan menuntut kita untuk mampu mendahulukan kepentingan orang lain diatas kepentingan kita sendiri, dan tentunya menggunakan kelebihan itu untuk kebaikan orang banyak, walaupun kita harus sedikit menelan pil pahit sebagai ganti kemaslahatan orang banyak.

Saya bersyukur sekali tidak punya kekuatan super seperti Thor maupun Captain America. Syukurlah saya cuma manusia biasa, sehingga pil pahit yang saya telan tidak sepahit yang mereka berdua telan. hehe. Coba bayangkan, andaikata pembaca jadi Captain America, tiba-tiba bangun di masa depan, mengetahui bahwa orang-orang yang kita sayangi, keluarga, kerabat, teman, sudah mati semua dan tinggal kita sendiri, dan cuma mampu mengingat-ingat mereka. 

Betapa sedih.

Yah, itulah sedikit tulisan dari saya, semoga bisa bermanfaat untuk pembaca sekalian. Jangan lupa untuk selalu mengambil pelajaran dari manapun, bahkan film yang kita jadikan hiburan menyimpan potensi untuk menjadi guru kita walaupun hanya sesaat. :D

Read more »

Sabtu, 02 Juni 2012

Menjilbabi Hati Dulu? Serius?

Kali ini akan saya bahas nih, mengenai jilbab. Artikel ini bisa dibilang sekuel (ceileh...) dari dua artikel terdahulu di blog ini yaitu Artikel 1 dan Artikel 2 yang mana isinya sama-sama tentang urgensi berkerudung/berjilbab buat cewek-cewek. Bagi yang belum baca 2 artikel saya di atas, ada baiknya mampir dulu ke sana.

Please enjoy  yang satu ini juga. :D

Berjilbab kan sudah jelas tuh, perintah dari Sang Boss, Allah SWT, yang menciptakan kita. Perintah-Nya itu ada di Al Qur'an, antara lain di surat Al-Ahzab. 

“Wahai Nabi katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang-orang mukmin. Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka. Yang demikian itu supaya mereka lebih muda untuk di kenal karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah maha pengampun dan penyayang. (Al-Ahzab : 59). 

Ada pendapat yang beredar di masyarakat bahwa jilbab itu tradisi orang arab, jadi kita tidak perlu ikut-ikutan. Pendapat ini sedikit benar, memang di arab kan geografisnya gurun pasir dan sangat panas, anginnya juga sangat berdebu jadi baik laki-laki maupun perempuan semuanya memakai semacam tudung kepala untuk melindungi wajah dan rambut.

Namun, jilbab yang diperintahkan dalam ayat diatas bukan sekedar tradisi, melainkan sebuah perintah, hanya ladies yang wajib mengenakannya, gentleman mah nggak usah pakai jilbab. Kalau mau ya nggak apa-apa.

So, ladies jangan menunda ya pakai jilbabnya. Mau nunggu apa? Nunggu hidayah? Hidayah tidak akan kalau kita tidak berusaha mencarinya.

Ladies jangan juga berargumen 'Saya akan menjilbabi hati dulu', itu mah bullshit, alasan aja. Memang ada benarnya, bahwa setiap perbuatan itu dinilai dari niatnya, tapi niat tanpa perbuatan nyata apa artinya? 

Kalau ladies masih berpikiran begitu, mending sekalian aja, ladies nggak usah sholat, nggak usah zakat, nggak usah juga puasa, yang penting kan niatnya? Bukan begitu?

Tentu banyak dari ladies yang sekarang berpendapat, 'Loh, itu kan beda, masa perkara sholat, puasa, zakat, mau disamain sama perkara jilbab? Nggak bisa dong bro, itu kan perkara hati.'

Sama aja atu sist, jilbab itu juga perintah Allah, yang harus dilakukan bukan hanya niat. 

So, ane tunggu sista-sista berjilbab, bagi yang masih 'menjilbabi hati' segera deh realisasikan. Oke?

Read more »

Rabu, 30 Mei 2012

Indonesia Go Syariah

BAB XIV
KESEJAHTERAAN SOSIAL
Pasal 33
(1) Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas azas kekeluargaan.
(2) Cabang-cabang produksi yang penting bagi Negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh Negara
(3) Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Pembaca tentu pernah membaca sebait tulisan yang saya letakkan di atas itu. Ya, tentu saja, itu kan bagian dari UUD kita, suatu UUD yang baru saya sadari, dari forum kajian kemarin (29/05/12), adalah sebuah undang-undang yang sangat islami, sangat 'syariah'.

Dalam potongan pasal tersebut jelas disebutkan bahwa cabang-cabang produksi yang penting dan menguasai hajat hidup orang banyak. Kemudian dilanjutkan pada ayat berikutnya bahwa bumi, air, dan kekayaan alam dikuasai negara dan sekali lagi untuk kepentingan rakyat.

Sebelum saya teruskan, mari kita tengok sepotong hadist berikut:

حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ سَعِيدٍ حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ خِرَاشِ بْنِ حَوْشَبٍ الشَّيْبَانِيُّ عَنْ الْعَوَّامِ بْنِ حَوْشَبٍ عَنْ مُجَاهِدٍ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمُسْلِمُونَ شُرَكَاءُ فِي ثَلَاثٍ فِي الْمَاءِ وَالْكَلَإِ وَالنَّارِ وَثَمَنُهُ حَرَامٌ قَالَ أَبُو سَعِيدٍ يَعْنِي الْمَاءَ الْجَارِيَ


"Telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Sa'id berkata, telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Khirasy bin Hausyab Asy Syaibani dari Al Awwam bin Hausyab dari Mujahid dari Ibnu Abbas ia berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: 'Kaum muslimin berserikat dalam tiga hal; air, rumput dan api. Dan harganya adalah haram.' Abu Sa'id berkata, 'Yang dimaksud adalah air yang mengalir.' (HR. Ibnu Majah)

Perhatikan isinya, kurang lebih 'nyrempet-nyrempet' dengan UUD kita bukan?

Lalu apa yang mau saya bahas di sini? 
Pembaca, bukankah negara kita ini sudah disiapkan oleh para founding fathers sebagai suatu negara yang makmur dan kaya, sebagai suatu negara (calon) superior. Cara-cara yang digunakan pun sungguh 'syariah sekali'.

Maka saya bertanya kepada pembaca sekalian, khususnya yang muslim, jawablah dalam hati. 

1. Pernahkah Islam terbukti salah?
2. Pernahkah tuntunan Allah dan Rasul-Nya menimbulkan keburukan?
3. Pernahkah ajaran Islam membuat umatnya kecewa?

Kalau sudah begitu, kenapa negara kita masih dirundung duka, bencana datang silih berganti, kegoblokan dan kemelaratan masih menjadi musuh publik? Siapa yang salah? Sistemkah atau yang memegang sistem? Bukankah negara kita ini sudah dipersiapkan menjadi sebuah negara yang berbasis syariat Islam?

Bahkan dalam rumusan awal Pancasila, sila pertama bunyinya bukan 'Ketuhanan Yang Maha Esa' saja, tapi 'Ketuhanan Yang Maha Esa dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi para pemeluknya' -kurang lebih seperti itu-.

Dengan syariat Islam, kesejahteraan terjamin, kebodohan akan teratasi, kemiskinan menjadi barang langka.

Pada masa kekhalifahan Utsmani, para ilmuwan akan digaji tinggi, para penulis buku dihargai dengan emas seberat bukunya, tentunya buku-buku ilmu, bukan buku komik. Anak-anak dan remaja wajib belajar, para pelajar akan dijamin kehidupannya, bebas beasiswa, bebas buku, bebas uang makan, semuanya menjadi tanggungan negara.

Seharusnya ini juga terjadi di Indonesia, mengingat UUD '45 Pasal 31 Ayat 1: "Tiap-tiap warga negara berhak mendapat pengajaran"

Lalu apa yang terjadi dengan negeri ini, mengapa pendidikan masih mahal, mengapa banyak anak-anak cerdas yang harus merelakan diri bekerja sebelum mendapat pendidikan yang cukup. Pendidikan sudah menjadi konsumsi orang berduit saja. Bukankah hal yang diwajibkan itu harusnya gratis? Jika seseorang diwajibkan belajar, sedangkan ia tidak mampu menanggung beratnya beban biaya belajar, bukankah itu menjadi suatu pertentangan dengan pasal 31 ayat 1?

Ayo, Indonesia bisa! Dengan cara apa? Dengan cara yang sudah terjamin benar tentunya.

#IndonesiaGoSyariah

Read more »

Selasa, 29 Mei 2012

Indonesia Menulis

Menulis. Satu dari empat aspek bahasa yang paling sulit. Berbicara, mendengar, membaca, lalu menulis. Paling tidak secara tingkat kesulitan itulah urutannya. Yang paling gampang berbicara. Memang, kita dari lahir procot sampai nanti tua renta, pasti banyak bicara. Bicara ini, itu, bicara kebaikan tetangga, keburukannya pun tak luput dari sasaran kita. Coba tengok, bayi-bayi yang baru lahir, pasti menangis, mereka 'berbicara' dengan bahasanya sendiri. Mana ada coba, bayi baru lahir langsung diam mendengarkan dokter bicara apa ke dia, atau mungkin bayi lahir langsung membaca nametag dokter/suster yang menggendong, yang tidak mungkin lagi adalah bayi yang baru lahir langsung menulis ucapan terima kasih untuk ibunya karena melahirkan.

Seiring dengan perkembangan usia, kemampuan berbahasa kita seharusnya meningkat. Mulai tumbuh kita belajar untuk mendengar kata orang, kita mendengar apa kata bapak ibu, tetangga, kakak, kakek nenek, dan banyak orang lain. Lalu sampailah kita pada tingkatan yang berikutnya, berbicara. Berbicara, mengutarakan isi hati dan isi otak. Pada awalnya kita cuma bisa bicara sepatah dua patah kata, lalu meningkat seiring perkembangan usia dan tak jarang kata-kata yang 'ajaib' ikut terlontar.

Maka sekarang sudah waktunya kita menulis. Menulis apapun itu, asal bermanfaat. Bisa cerpen, artikel, karya ilmiah, esai, dan lain sebagainya. Menulis adalah bukti eksistensi kita sebagai manusia, utamanya kaum akademisi. Tuangkanlah ide-ide cemerlang kita melalui tulisan, jangan hanya dibicarakan. Pembicaraan mungkin akan hilang termakan zaman, tapi percayalah kawan, tulisanmu akan tetap abadi dan dikenang.

Menulislah dengan hati. Jernihkan hati, jernihkan pikiran. Dekatkan diri pada Tuhan. Kelak hasil tulisan yang keluar dari tangan-tangan kita akan bermutu dan bermanfaat untuk semua.

Read more »

CellPhone

Ya.. Harapan sudah dipupuk, lama sebelum kita mengambil jalur masing-masing. Ketika kita masih ada di jalan setapak. Sama di hulu, beda di hilir. Bukan, hulu kita pun berbeda, aliran takdir yang mempertemukan arus ini. Takdir pula yang memecah, menjadi hilir yang berbeda. 

Lalu ketika hilir sudah berpisah, beberapa bulan kemudian, seolah ada jalan, mempersatukan keduanya, barang satu-dua hari. Tunggu, aku akan ke sana, restuilah, akan kuajak seorang kawan lama dan kawan baru.

08/12/11- 20:06:06 pastipasti good luck y'all

Lalu usaha itu pupus sudah, wayang-wayang yang kukaryakan ternyata ide orang. sial.

Bulan berlalu, empat kali purnama, sekarang penghujung tahun kiamat. Kukirimkan sebuah memo tahun baru, kudengar kau akan segera ke sini.

02/01/12 - 06:37:23 Iyaaak thx . . . . . .(3 abjad)

Ya, aku ingat, kau sedang menempuh ibadah. Ibadah yang akan membawamu ke tingkat yang lebih tinggi. Bukan suatu ibadah ritual. Hanya mengerjakan soal-soal dalam lembaran. Kudoakan agar cepat selesai mulai Senin itu. Benarkan?

Tanggal 21-01 kita bertemu, pertama kali sejak aliran kita diputus takdir. Tak seperti yang kubayangkan, kupu-kupu tidak bergejolak dalam perutku. Semua nampak berbeda.

Di tanganku ada sebuah kotak, sebuah hadiah, untuk kawan lama yang datang pulang. Tiga buah. Satu kotak kuberikan, untuk saudariku se-tanah air, Arema. Satu kotak kuberikan, untuk kawan dan saudaraku,, musisi, beda iman. Brofist, musisi kristian yang taat. Lalu satu kotak lagi, harus kutunda.

"Langsung bro, kapan maneh." Saudaraku musisi berucap, tapi tak kunjung kuberikan.

Tanggal 22-01, kuberanikan diri mengetuk pintu rumahmu. Benarkah itu rumahmu? sebelum aku akhirnya menyerah dan meninggalkan kotak itu tetap dalam genggaman. Aku pergi bersama saudara-saudaraku.

25/01/12 - 23:44:00 Mug dorae. . . .(4abjad) :-) Thx . . . (3 abjad)

Akhirnya beban itu lepas sudah, ada jalan baru yang harus kutempuh. Sudah cukup hidup di masa lalu. Karena aliran kita toh sudah terpisah. Yah, ada beberapa yang masih kusimpan, dalam ponsel tua ini. Biarkan itu tetap tersimpan

The very same cellphone which I used since 10th grade.
The very same cellphone which bear many scar on its back.
The very same cellphone which I loved.

p.s.: @xoxo, seperti kompilasi sms-mu.

Read more »

Rabu, 23 Mei 2012

Flash Fiction

Takut Istri
"Ayo dipisah! Yang takut istri di barisan kanan, yang tidak di barisan kiri."

"Ayo segera pindah, aku masuk barisan kanan."
"Iya aku juga, mana mungkin ada yang baris di barisan kiri."
"Barangkali cuma orang gila yang baris di sana."

Seorang laki-laki bertubuh pendek dengan muka sangar masuk barisan kiri.

"Hei tuan, kau gila ya? Kau minta dibunuh istrimu ya?"
"Tidak"
"Wah, berani sekali kamu, apa pekerjaanmu? Tentara ya."
"Bukan"
"Jangan-jangan polisi atau mungkin pembunuh bayaran."
"Bukan juga"
"Lalu kenapa kamu ada di barisan itu? Itu kan hanya untuk yang tidak takut istri?"
"Wah, aku tidak tahu, aku di barisan ini karena istriku yang menyuruh tadi."

Matahari semakin meninggi, menyinari lapangan di kemah pelatihan calon pemberani itu.

#ini contoh flash fiction, idenya bukan murni ide saya, saya comot dari jokes yang pernah saya baca. hehe.
semoga flash fiction berikutnya bisa murni ide saya. :D


Read more »

Sabtu, 12 Mei 2012

Oke, Insya Allah Bro!

"Ntar kamu datang kan?"
"Insya Allah Bro!"

Sepenggal percakapan diatas sering kita dengar, bahkan sering juga kita dalam posisi percakapan itu. Baik sebagai penanya maupun sebagai penjawab. Sebagai seorang muslim, tidak aneh bila kita sering mengucap Insya Allah, mengingat itu menjadi perintah dalam Al Qur'an pada surat Al-Kahfi

"Dan jangan sekali-kali kamu mengatakan tentang sesuatu: “Sesungguhnya Aku akan mengerjakan Ini besok pagi,
Kecuali (dengan menyebut): “Insya Allah”. dan ingatlah kepada Tuhanmu jika kamu lupa dan Katakanlah: “Mudah-mudahan Tuhanku akan memberiku petunjuk kepada yang lebih dekat kebenarannya dari pada ini”" (23-24)

Insya Allah, maknanya "Jika Allah menghendaki." atau "Atas Izin Allah", seharusnya kalimat ini maknanya kita akan berusaha 100% menepati janji, tapi hasil akhir ada pada Allah.

Misalnya nih, kita janjian untuk hang out sama kawan nih, terus kita bilang "Insya Allah bro/sist!" ya kita harus coba menepati janji tersebut, kecuali misalnya hal-hal yang sangat mendadak, misalnya ketika perjalanan kita disentuh mobil/motor dengan cukup kencang, nah berarti Allah belum mengizinkan tuh, dan kita tidak berdosa atas Insya Allah kita itu.

Tapi bro, kalau kita jadikan Insya Allah sebagai tameng agar melegalkan kita untuk tidak menepati janji itu, wah, konsekuensinya berat.

Insya Allah yang ada di model pertama, saya namakan Insya Allah muslim, dimana berarti 99% kita akan datang, 1% tidak bila ada hambatan. Sedangkan Insya Allah model kedua saya namakan Insya Allah Jawa/Indonesia, dimana berarti 99% kita (tidak) datang dan 1% kita akan datang.

Begitu gampangnya kita ngomong Insya Allah (termasuk penulis), padahal konsekuensinya berat. Mungkin hal ini berakar dari budaya sungkan orang Indonesia, yang selalu sungkan dan malu.
 
Malu bilang tidak, nanti dikira tidak peduli.
Malu bilang tidak, nanti dikira tidak sopan.
Malu bilang tidak,  nanti dikira sombong.
Malu bilang tidak, nanti ...........................

Isi sendiri dah.

Karena itu, ayo, kita biasakan untuk berani, berani bilang tidak.
Jangan malu bilang tidak, jika kita memang tidak suka, jika kita memang tidak minat.
Oke bro?

Read more »

Minggu, 06 Mei 2012

IONIC 2012 - Live From Smansa (1)

Sunday, 06-05-2012






















Mata Lomba:
MID (Dakwah Multimedia)
OASIS
Kaligrafi
MTQ

Girindra Mega Paksi - SKI 2008 ; Live from SMAN 1 Malang

Read more »

Powered By Blogger