Jumat, 31 Agustus 2012

Rantau

Andai aku pergi sebulan ke luar kota, gimana keadaan orang rumah?
Apa sedih, biasa-biasa saja, atau malah senang?
Andai aku pergi merantau, misalnya kuliah di kota orang, atau kerja gitu, gimana keadaan orang rumah?
Apa tetap sering kontak? Sms lah, telpon lah, chatting facebook.
Andai aku balik dari perantauan, gimana keadaan orang-orang?
Senang, biasa-biasa, atau malah sedih?
Andai aku pulang, lalu mau kembali lagi ke tanah rantau, apakah sudah pantas untuk diantar?
Atau harus memohon-mohon?

"Jadilah orang yang dirindukan ketika pergi, dan selalu dinantikan kedatangannya."

Ya memang sulit punya kualitas diri seperti itu. Setidaknya beberapa temanku sudah punya. Dirindukan ketika pergi, dan selalu dinantikan kedatangannya. Bahkan teman-temannya ada yang datang mengantarkan kepergiannya ke tanah rantau.

Aku jadi ingin merantau. Melihat negeri orang, minimal provinsi atau kota orang.
Bertemu dialek-dialek baru, cuaca dan masakan yang baru.
 Masakan Padang, yang 'asli' Padang.
Pisuhan orang-orang yang khas dialeknya, tidak sopan sih, tapi menarik.
Kalau bisa, melihat salju yang 'asli' yang turun dari langit ketika cuaca dingin.

Dan yang (mungkin) paling kutunggu, cinta kasih yang diterima ketika kembali ke tanah asal. Mudik, meng-udik, pulang ke udik, ke tanah kelahiran.

Merantau. Rasanya sudah nggak bisa sabar, untuk belajar di negeri orang.

0 comments:

Posting Komentar

Powered By Blogger