Selasa, 26 Februari 2013

Tugas Ekonometrika

Malam sudah datang dan aku tak tahu apa yang harus diperbuat dengan selembar halaman kosong di layar laptop. Tugas. Zona putih itu harus kuiisi dengan kata-kata yang aku sendiri tidak tahu maksud dan tujuannya. Ngglambyar ke sana sini. Lalu kurehatkan sejenak mata ini. Kasihan dia, dari tadi siang menatap layar ditemani otak yang berusaha menerjemahkan simbol-simbol di buku untuk dituangkan menjadi karya baru yang sering orang sebut rangkuman. Kasihan organ-organ tubuhku.

Read more »

Minggu, 24 Februari 2013

Flash Fiction (5)

Menjemput Boy

"Mana ini keluarganya?" Dino melihat jam, "Udah tiga jam kok belum diambil."

Jenazah di ruangan itu sudah mulai mendingin. Tadi siang ada kecelakaan mobil di depan rumah sakit. Korbannya satu, pejalan kaki. Mobil warna merah yang dikendarai wanita cantik itu tiba-tiba pecah ban, tak mampu dikendalikan, oleng sini oleng sana sebelum akhirnya menabrak si Boy yang sedang melintas di trotoar depan rumah sakit. Pertolongan langsung datang, sayang Boy tak terselamatkan. Pakdhe Hendro, satpam di rumah sakit itu, adalah tetangganya. Ia langsung menelepon keluarga Boy agar segera menjemput Boy. Rumahnya dekat, hanya 10 menit perjalanan.

"Mana Pakdhe, katanya sepuluh menit, sudah malam ini, mana shiftku mau habis." Dino semakin gusar
"Sabar to le, ya mungkin mereka itu lagi siap-siap, nyiapin kuburan, nyiapin rumah buat tahlilan, tunggu aja."
"Pokok'e Pakdhe, lima menit nggak datang, aku pulang, istriku udah nunggu di depan tuh. Jenazah ini biar suruh pulang sendiri.'

Lalu tanpa banyak cakap si Boy bangkit dari kasurnya menutup badannya dengan selimut dan berjalan pulang meninggalkan Pakdhe Hendro dan Dino.

Read more »

Selasa, 12 Februari 2013

Andai

Andai dulu Adam tak menyentuh Khuldi
Masihkah kita menikmati surga yang di bawahnya ada aliran sungai?
Andai dulu Hitler berkutat di akademi seni
Masihkah kita kenal cerita pembantaian keji?
Kadang, aku ingin tahu apa jadinya dunia ini
Dengan seratus dan seribu pengandaian

Andai dulu kita tak pernah bertemu
Lupakan, nyatanya kita sudah bertemu
Andai dulu kita tidak bertukar kata
Bohong, faktanya kata sudah sering kita tukar
dan tatap mata yang tak henti beradu
Andai dulu tak kutanyakan padamu
Pertanyaan-pertanyaan itu
dan tetap kusimpan dalam peti yang bisu
akankah sekarang malam-malam menjadi berbeda?

Read more »

Senin, 11 Februari 2013

Bangku Taman

Bersama bintang-bintang, seorang lelaki duduk diam di sebuah kursi panjang di taman.Tenggelam dalam lamunan dan angan-angan. Taman itu cerah, lampu bersinar terang, nampaknya baru saja diganti oleh petugas kebersihan. Sabtu malam, ketika semua orang memiliki waktu luang, taman itu sangat ramai. Seorang anak berlarian ke sana kemari dengan kawannya, tertawa, kadang teriakan-teriakan kecil menghias suasana malam itu. Nampak di sudut taman yang lain sekelompok pemuda dengan gitar dan alat musik ala kadarnya memainkan musik. Menghibur pengunjung taman dan mencari rezeki, bukan untuk makan, hanya untuk minum kopi dan sisanya ditabung untuk kegiatan amal.

Seorang pedagang kaki lima lewat, menawarkan kopi hangat, mi instan, teh, rokok, permen, dan banyak dagangannya yang lain. Ia meminta segelas teh dicampur susu dan semangkok mi instan. Teh susu yang hangat. Sangat menyenangkan bisa menikmati minuman itu. Ini minuman kesukaannya, pikirnya. Angannya tertuju kepada kawan lama yang baru meninggalkannya, pergi, memang, tidak untuk selamanya, tapi cukup untuk membuatnya kesepian belakangan ini. Seteguk demi seteguk ia nikmati teh susu yang hangat itu. Aneh, aku tidak pernah menyukai teh sebelumnya, aku selalu menyukai kopi, dan itu yang membuat kita berbeda bukan? Pikirannya membisikkan percakapan-percakapan itu ke angin. Berharap kawannya di seberang itu mendengar.

Temannya, seorang wanita yang sangat cantik. Seorang pelindung yang mampu meredam emosi. Jika aku pedang, kamu itu sarungnya. Lelaki itu sering berujar kepada temannya. Bayangkan, pedang tanpa sarung, jadi apa dia selain teror? Pernah suatu hari di bulan Maret lelaki itu hendak menghajar seorang tukang parkir yang menjatuhkan sepedanya. Untung lah teman wanitanya itu ada di sana untuk mencegahnya. Belakangan teman wanitanya itu pindah, jarang-jarang ia kembali kotanya. Memang, ia bukan teman yang benar-benar lama dikenal, baru 4 atau 5 tahun belakangan.

Sambil terus memakan mi yang sudah dipesannya, pikirannya melayang menuju kawannya itu. Satu, dua mangkuk habis, ia letakkan di bangku dan beranjak berdiri hendak pulang. Pedagang kaki lima tadi setengah berlari menghampiri lelaki itu dan menagih uangnya, dia lupa membayar. Ia keluarkan dua lembar uang sepuluh ribu dan menyodorkan pada si penjual. Ambil saja kembalinya, katanya pelan, hampir tak terdengar. Lalu ia meneruskan langkah kembali ke rumah.

Read more »

Minggu, 10 Februari 2013

Flash Fiction (4)

Teman
Dia melihat seorang teman lamaku di sudut ruangan, temannya tersenyum. Lalu dia berbisik kepadaku, "Lihat, itu temanku, teman kita." Lalu dia mengulurkan tangan menjabat tangan temannya, kemudian tangannya terkulai lemas. Semua orang menangis.

Papan Tulis
Guru Goblok. Tertera tulisan di papan tulis. "Siapa yang nulis ini?" teriaknya, "Kalau tidak ada yang mengaku, semuanya tidak boleh pulang." Jari-jemari mulai menunjuk ke satu arah, anak yang tertunduk lesu. Sore itu ia pulang dengan tersedu-sedu dan ada bekas tangan di pipinya.

Hantu
"Jangan lewat sini Min, banyak hantunya." bisik Wanda perlahan sambil mendekap lengan Amin.
"Udahlah Nda, yang namanya hantu itu nggak ada. Sini kalo ada biar ketemu aku." tantang Amin.
"Hush! Jangan gitu, ketemu beneran tau rasa lu."

"Iya mas, jangan gitu lah." kata suara di belakang. Terdengar sangat berat dan dingin. Amin dan Wanda menoleh dan nampaklah sesosok makhluk berselubung kain putih, tersenyum. Tanpa pikir panjang mereka lari sekencangnya.
"Dasar bocah, sama hantu aja takut." Sosok putih itu tergelak. "Dul, udah lu rekam?"
"Udah, keren banget lu bang." Dul ikut tertawa.
"Iya mas, saya aja sampe takut."
Dul dan abangnya mencari asal suara tersebut, tapi tak ada seorangpun disana.

Read more »

Jumat, 08 Februari 2013

Flash Fiction (3)

Maaf
"Maaf, aku kelewatan.."
"Sama, sudahlah, kita belajar dari situ."
"Ya, kita bisa mulai lagi dari awal."

Marah
"Aku, dulu marah, sedih."
"Kenapa?"
"Ya, karena itu.."
"Karena itu?"
"Ya itu."
"Sekarang?"
"Sudah lebih baik."

Waktu
"Sampai kapan aku tunggu dik?"
"Pulanglah dulu, nanti aku kabari."
"Janji ya?"
"Iya" *tersenyum*

Usaha
"Aku sulit mengerti kamu."
"Kenapa?"
"Kamu sulit dimengerti."
"Sampai sekarang?"
"Sekarang aku belajar mengerti"
"Terima kasih sudah berusaha."

Jarak
"Kenapa kita jadi jauh?"
"Maaf, kita nggak bisa lebih dekat lagi."
"Ya, aku ngerti, nggak apa-apa"

Jarak (2)
"Aku belajar waktu kita jadi jauh."
"Belajar apa?"
"Belajar membiasakan diri."
"Bagus. Pertahankan, tapi jangan terlalu terbiasa dengan jarak ini."
"Ya, tentu."

Read more »

Rabu, 06 Februari 2013

Pilihan

 #1
Hidup itu piilihan. Ya itu kata orang bukan? Begitu gampang untuk ngomong. Kadang mulut-mulut terbuka lebar dan lidah-lidah menari sesuka hati mereka. Ngomong ini, itu, ini lagi, itu lagi. Hidup itu keras bung! Kadang pilihan itu tidak jatuh dari langit. Memang pilihan itu punya moyangmu apa? Ya, memang bukan, tapi kita selalu punya pilihan bukan? Mana tunjukkan satu padaku. Tidak bisa. Karena saat ini tidak ada pilihan untukmu. Ikuti.

#2
Kadang, mata kita tidak terbuka lebar. Kita terlalu pelit membuka mata. Sehingga tak nampak pilihan-pilihan yang ada dalam hidup. Kadang awan gelap yang bernama marah itu.... menutup mata kita, dari kebenaran. Bukan salah hidup tak mengerti kita, salah kita tak mengerti hidup. Padahal dia begitu mudah dipelajari.

#3
Ya, kadang-kadang mendung yang menggantung itu sirna juga dari mataku. Tapi sampai berapa lama? Tunggu, sebentar saja dia pasti kembali hinggap. Apa aku terlalu pelit untuk membuka mata? Cerdas, jika aku membuka mata, tentu hanya mendung yang akan tampak.

#4
Bukankah hidup ini pilihan katamu? Benar. Andai dulu kita bisa memilih, aku tentu memilih menjadi seorang pengelana, dengan kapak di tangan, tas, pedang disarungkan di pinggang, dan pakaian yang melekat di badan. Dengan semua keberanian, menjelajah bumi yang terhampar luas. Tapi, mana pilihan itu dulu? Lihatlah, apa yang terjadi denganku sekarang.

Read more »

Flash Fiction (2)

Kaca
 "Kau tau ini dari apa?" *menunjuk dada* 
"Tidak"
"Kaca" *tangan terkepal* "Kuharap kamu tahu*

Bilang
"Dik.. Aku mau bilang..."
"Ya mas?"
"Aku.."
"Maaf ya mas, aku nggak suka kamu"
"..."

Diam
"Aku salah ya?"
"..."
"Salah apa?"
"..."

Tidak
"Dik, ada pameran, bla bla bla... kamu udah kesana? :D" 
"Belum"
"Kesana yuk?"
"..." *lagi-lagi diam*

Salah
"Mas, kamu itu salah!"
"Iya dik, aku tahu emang salah, maaf ya."

*lain hari*

"Dik, kamu itu salah!"
"Kamu mas yang salah!"
"Udah jelas kamu!"
"Kamu!" *menangis* *balas marah*
"Iya maaf, aku yang salah"


Men, we don't know what we do..

Read more »

Sabtu, 02 Februari 2013

The Moment of Silence

Hari itu, ketika keheningan menyelimuti, kita bertukar pandang. Perlahan, kita mulai bercerita, tentang mimpi-mimpi dan masa lalu. Kita tidak pernah bertemu sebelumnya bukan? Hangat, begitu hangat, seolah sepasang sahabat atau kekasih yang lama tak berjumpa. Sungguh manis, semanis madu, kata-kata yang keluar dari celah bibir ini. Sungguh dekat, sangat dekat. Jika sayap kiri di tanganku, maka sayap kanan kau genggam di tanganmu. Siap untuk terbang.

Hari itu, ketika burung-burung sesaat berhenti berkicau, ketika angin segan bertiup, bercanda, seluruh dunia berhenti sesaat sekedar untuk menyimak obrolan singkat kita. Lalu bintang-bintang mulai naik, diiringi dua gelas kopi dan sepiring kue. Namun kita masih sama, duduk diam bertukar keheningan. Aku sebelumnya tidak percaya telepati itu ada, tapi terpaksa kutelan lagi omonganku, hari itu, ketika kita beradu pandang dan tersenyum simpul. Wanginya masih terasa, menggelitik syaraf-syaraf otakku yang sudah terlalu lama tumpul. Aku belum melupakan senyuman itu.

Hari itu, ya, hari itu, ketika pita-pita turun dari langit, rupanya tersambung dengan seutas pelangi yang tergantung di langit, turun menghias ruang kecil itu. Aku bertanya-tanya, kemana angin akan pulang setelah hari ini? Tentu, ia akan sangat iri dengan apa yang terjadi diantara kita hari itu. Tahukah, berapa kali jam di tanganku kuputar mundur? Seribu, mungkin seratus ribu kali, berharap Tuhan tahu maksudku dan memperkenankan waktu mundur seiring jam di tanganku.  Ya, Tuhan pasti tahu, sayang sekali Dia pasti tak berkenan memutar waktu kembali ke hari itu. Maka aku hanya bisa terlelap dalam pengandaian saja.

Hari itu, ketika mata kita beradu, ketika kita bertukar keheningan, tiada kata lagi keluar dari mulut ini. Hanya sepasang makhluk yang duduk diam berdampingan, menanti dan menanti.

Hari itu, ketika mata kita beradu, suatu momen keheningan, ketika kata-kata terpenjara, ketika kita hening semakin larut, kita diam, tapi kita sama-sama tahu, cinta yang kita rasakan di udara.


betapa rindunya akan suatu hari di bulan November atau mungkin Desember, ketika kau berkunjung ke tempatku bermeditasi.

Pengasuh, Wanita Mentari Pagi

Read more »

Liebe Award, Huh..?

well, guess i'll play along. except for the 11 blogger

the 11 facts about me:

1. Fat ass, well, that's for sure
2. Well determined, you could say I am a Man of Steel, i think
3. Darkness? Ghost? Serial Killers? Meh... Ten missed call from Mom, well, THATS SCARY!!
4. One of my friend, @d_geraldo said i had a potency to be a psychopath, 50% true i guess.
5. I'd rather stay in friendzone sometimes
6. I do love my cellphone which I used for... well at least 3 years now.
7. I used to had crush on my bestfriend, well, it's in the past. :D
8. I definitely love, well, things we say "Sepeda Lanang" in Javanese. I guess it "Manly Motorcycle". Weird...
9. I had learned a very tiny little small bits of martial arts and a very tiny little tricks of fighting, clean and dirty, so don't mess with me.
10. I am always hoping one day I had a nice strong body. I mean muscle, not this pile of fat.
11. It's hard to be my friend, but once you know me and I accepted you, you'll be my family.

and, the 11 question from Shafira Elnanda Yasmine, whom I prefer to call Xoxo, owner of the Youtopia, my childhood best buddy, until now of course. :D

1. Do you believe in love at the first sight?explain me :p
- Sure, or could i walk pass you again? lol. Nope, Ain't believe in that crap. Absolutely, how can you love someone with just a first sight? Admire or adore at the first sight, i prefer that phrase.
 
2. If you were born in available eye and hair colours to choose, what would you choose?
- Changeable eyes colours. Well, if it not possible, white eyes i think. Hair? Black just fine.
 
3. What is your favourite part of your body?
- Arms and legs. Lesser fat holder. yaay..
 
4. What would be your major in life.in other words,you'll be an expert in a particular issue someday,and what would it be?
- I would like to say philosophy. But well, economy will do just fine.

5. What kind of music do you hear?you may mention your most played song in your mp3 too :)
- Not sure.Hitomi Shimatani - Yume Biyori, most played! It's a Doraemon soundtrack btw. Doraemon And Nobita in Wan-Nyan Space Oddysey. yaay...
 
6. When you were a little kid,what did you want to be?
- Ghostbuster. -__-
 
7. What is the most visited browser in your web history?
- Sure you want to know?

 
  50% true, the other 50% are, plurk, blogger, and facebook.
 
8. What you remember the most from your childood?
-Fat, fat, fat, pile of fat.
 
9. You are locked in a elevator. Which superhero you think could save you?elevator enginers doesn't count.
-That's cute, i'm a superhero. lol. xD
 
10. You best motivation quotes
 -Why doing it now if you can do it tomorrow, by Squidward Tentacle
 
11. From one to ten,how much you think yourself amazing? I give you eleven :D
-For now, i think 6
 
and for the 11 blogger friends. well, i'll do it next time.

Read more »

Powered By Blogger