Senin, 07 Januari 2013

Kepada Sekuntum Bunga

Sekuntum bunga di taman dipetik.
Kutanyakan padanya, tahukah kau bunga kecil?
Tahukah kau bumi ini berputar pada porosnya?
Tahukah kau bumi mengitari matahari sebagai pusatnya?
Ya aku tahu, kau benar manusia.
Ya kau memang benar.
Kutanyakan lagi padanya, wahai bunga kecil
Tahukah kau bahwa kau, begitu indah?
Begitu menarik hati. Aku kagum padamu.
Ya, aku tahu, kau benar manusia.
Ya kau memang benar.

Tapi manusia mengapa kau tidak mau mengakui?
Bahwa bukan hanya dunia yang mengitari pusatnya.
Bahwa dunia bukan padang gurun sepi.
Manusia, mengapa kau tak mau mengakui?
Bahwa kau mengitarinya, dia, ya, dia, sebagai salah satu pusat kehidupanmu.
Bahwa kau mengaguminya, menyukainya, ya, dia.
Bahwa kau menempatkannya, dalam loker tersendiri di lemari hatimu, lemari kehidupanmu.

Manusia, tidakkah kau mengakuinya? Bahwa bukan hanya bunga
Bukan hanya bunga yang kau kagumi
Tapi dia juga, ya, dia.
Mengapa tak kau akui? Mengapa kau tidak berani?
 
Ya, aku tidak berani, tak punya nyali, maka hanya kusampaikan ini padamu, wahai bunga kecil.

Aku sungguh mengaguminya dan menyenangi waktu jika kami berdua
Aku sungguh mengaguminya sebagai salah satu matahari
Aku titip pesan ini padanya, sampaikanlah suatu hari nanti, ketika ada kesempatan kau dipetiknya.

p.s.: hei, kau, ya kau, laki-laki itu sungguh menyayangimu.

0 comments:

Posting Komentar

Powered By Blogger