Rabu, 21 Oktober 2015

Why English? Why not?

So um, yeah.. English. My second tongue. I always loved to write in my blogs, notes, or micro-blogs (hi there Plurk and Facebook) in English.

Why?

Let's see.. Uhm, practice. Yeah, that one thing. But not the main thing. As far as i know.

I had once seen randomly in web that people who are able to communicate in multiple languange had multiple persona too, according to the language he use.

Seems bizzare at the beginning, but now I think, I can relate to that.

I didn't meant to brag but, until now I'm able to communicate in 5 language, three of which I'm able to communicate fluently, one semi fluent, and one language which I am less able (but still know little for survival~ lol)

Bahasa Indonesia and Boso Jowo, or should I say Indonesian and Javanese? Of course they are my mother tongue, I've been able to speak in two tongue since I was in Kindergarten. Well that was nice.

English, as I said in above, my second tongue. Which I achieve through both school and non-school. Those games, music, books, movies I consume since I was in Elementary School, it really paids now.

Another tongue I'm can speak is Arabic and Japanese. But that's enough about my ablity, lets back to why  I write this.

I feel, when I think, or speak, or write in English, as if it wasn't me. Yeah, the theory might be right. I feel like different from the usual native-speaking-me. I feel there are confident boost when I am speaking English. Though it's somewhat broken

This english-persona of mine, is a wise and calm older guy. Much older than me, maybe in his 40's

As the result, im having a more 'adult' point of view, whenever i resort to my English for writing an article.

Weird? Yeah it is.

Read more »

Rabu, 16 September 2015

F.N.

You touched my heart you touched my soul.
You changed my life and all my goals.
And love is blind and that I knew when,
My heart was blinded by you.
James Blunt - Goodbye My Lover

3:44 PM, My Room

I've been through a lot in the past 3 years. Too much I guess. Too much for this puny, fragile souls.

One is loved, because one is loved. No reason is needed for loving. Said one of my favorite writer. Yeah, He right. It's just me who doing it wrong.

Love, it's supposed to strengthen you, supposed to support you, to make you able to stand independently in your feet. I guess I'm doing it wrong. Often I spent my day lamenting my fate, longing for your presence.

I miss you. Yes, I do. I still am.

We're not lover, I don't even know if you love me. For you, I'm just a good friend. Shucks.

I know one day I've to overcome my grief. For now, I just have to deal with it. Force myself to accept the fact that you choose other over me. 'Tis not the end of the day.

This will be a lesson for me one day. There is more than meets the eye.

You've been the one. You've been the one for me.

Read more »

Minggu, 30 Agustus 2015

Yudisium!

Been there.. Done that!

Ini foto 4 tahun yang lalu, tertanggal 27 Agustus. Ospek hari terakhir FEB UB


Itu saya di belakangnya mas-mas yang pakai almamater (Mas Rizky kalo gk salah). Keliatan kacamatanya doang. Sedangkan mbak-mbak di kiri yang pakai almamater Mbak Brenda, idola anak se-kelompok. haha.

Nah kalo yang dibawah ini foto kemarin. 27 Agustus 2015


4 Years apart from the first photo. I've been through a lot. A hell lot! And finally comes the day where I graduated. Well.. Almost.. Selamat Yudisium teman-teman!

Read more »

Rabu, 01 April 2015

Menuju Tak Terbatas dan Melampauinya!

http://9gag.com/gag/ao0Vm1g

Saya, ketika sedang browsing random di 9gag, kebetulan menemukan postingan itu. Judulnya "We're just a drop in the Ocean." Isinya bagus, menggambarkan betapa bumi yang kita rasa udah segede gaban ini, ternyata seperti tetesan air kalau dibandingkan dengan luasnya angkasa yang tak terbatas. Manusia yang merasa udah gede, udah berkuasa, yah ternyata nggak ada sebiji jagung dibandingin objek lain di alam semesta. Yah, tapi saya nggak akan bahas itu, saya nggak kan bahas betapa sombongnya manusia. Udah obvious, jelas banget lah itu. Yang saya mau bahas sekarang tentang luasnya galaksi diluar sana.

Saya ingat, beberapa tahun kebelakang ketika masih pake modem.. (duh) sekitar kelas 3 SMA, saya suka browsing portal berita, Kompas tepatnya, yang waktu itu masih ada rubrik Sains dengan subrubrik Fisika dan Astronomi. Entahlah saya ini orang IPS tulen, sampai ke tulang, tapi saya cinta dengan pengetahuan mengenai luar angkasa.

Banyak informasi mengenai planet-planet layak huni di luar sana yang mirip dengan Bumi, dalam arti iklim, kemudian susunan mineralnya, ketersediaan air, bla bla bla... dan lain sebagainya yang intinya memiliki kondisi yang mirip dengan Bumi yang memungkinkan manusia untuk bisa tinggal di sana dengan penyesuaian minimal (atau bahkan mungkin nol).

Sering saya berpikir, dengan jutaan atau bahkan milyaran planet diluar sana, masa nggak ada satupun yang dihuni selain bumi. Lalu, sore ini rasanya pikiran saya di-update, nah lantas bagaimana dengan planet yang 'tidak layak huni' oleh manusia. padahal di bumi saja ada tempat-tempat yang tidak layak dihuni manusia tapi masih ada organisme yang hidup didalamnya, contohnya kedalaman laut, manusia mana bisa hidup di sana ya kan? Tapi toh masih ada ikan bejibun di sana. banyak juga organisme yang hidup bahkan di kedalaman sinar matahari tidak bisa menembus. Kalo dianalogikan, seharusnya, sama juga dong planet yang 'tidak layak huni' oleh manusia mungkin layak dihuni oleh makhluk non-manusia. Masa sih, sebanyak itu planet nggak ada makhluk non-manusianya.

Apakah kita di alam semesta yang luar biasa luas ini cuma hidup sendiri? Bisa ya bisa nggak.

Mungkin ada ciptaan Tuhan di luar sana yang belum terjangkau. Dan nanti ketika sudah terjangkau maka akan semakin takjublah kita atas penciptaan alam semesta yang luar biasa dan seolah tanpa batas ini. Mungkin 10 atau 20 tahun mendatang kita bisa kontak dengan mereka, entahlah.

Seperti kata Buzzlightyear dari Starfleet Command, Menuju Tak Terbatas dan Melampauinya!

Read more »

Kamis, 26 Maret 2015

Mari Meraba Gajah

Saya membaca sebuah artikel, tentang bagaimana tiga orang buta disuruh mendeskripsikan gajah. Si orang pertama memegang kuping gajah, lantas dia deskripsikan gajah itu sebagai sesuatu yang pipih dan lebar. Kemudian, si orang kedua meraba gajah di bagian ekor dan berkata, "Gajah itu bulat panjang seperti pipa, tapi lentur dan empuk." Kemudian si buta ketiga meraba gading gajah, dan menyimpulkan bahwasanya gajah itu keras, kaku, dan panjangnya selengan.


Terbayang bagaimana kericuhan yang terjadi antara ketiga manusia ini, pendapat yang satu menegasikan pendapat yang lain. Deskripsi satu bertentangan dengan deskripsi kawannya. Mungkin bisa jadi sampai terjadi baku hantam jika satu dan yang lain keukeuh -semoga tulisannya benar- dengan apa yang ia deskripsikan, apa yang ia yakini benar. Lantas, apakah salah satu dari ketiga buta ini ada yang paling benar? Tentu tidak karena ketiganya sama-sama benar, hanya saja pandangannya terhadap fakta yang ada kurang menyeluruh.


Lantas, bagaimana ketiga orang buta tadi mendapat pandangan yang menyeluruh? Ya tentu saja harus meminta pada pihak di luar mereka yang tidak buta, yang bisa memberikan kebenaran sejati tentang blejetnya si gajah ini. Bahwasanya memang benar gajah itu pipih dan lebar di telinganya, panjang seperti pipa ekornya, serta gadingnya yang kaku dan keras. Ditambah lagi fakta-fakta yang tidak teraba oleh trio buta, seperti warna gajah yang abu-abu gelap, belalai yang panjang dan bunyinya kayak terompet, postur tubuh yang gembrot, nggedabluk, dan tekel, serta fakta-fakta yang lebih abstrak lagi, misalnya nama gajah itu Bona dan memiliki teman yang namanya Rong-rong, mirip di majalah anak-anak lawas. Kalau sudah begitu, maka perdebatan antara trio buta ini bisa terselesaikan dengan kekeluargaan, tak perlu gontok-gontokan apalagi berbacokan. Karena ada si nomer empat yang enggak buta, yang memberikan kebenaran yang sebenar-benarnya.

Nah, sekarang kita tambah masalah supaya lebih seru. Tidak ada yang memandu mereka. Si buta pertama menjelaskan gajah itu sebagai sesuatu yang kecil, berbulu, dan bercakar. Ternyata yang dipegangnya adalah kucing. Deskripsi si buta kedua agak berbeda, bahwasanya gajah itu punya paruh, bulunya kasar, berkaki dua, dan bunyinya 'kukuruyuuk~' karena yang dipegang adalah ayam. Si buta ketiga malah lebih unik lagi, ia terangkan jika gajah itu kotak, hangat, dan bersuara seperti suaranya manusia. Lha wong yang dia pegang itu ternyata televisi. *tepokjidat*

Ini yang bikin repot, kalau masing-masing ngaku yang paling bener. Padahal ketiganya salah. Kembali dibutuhkan observer, orang keempat yang bisa lihat, bisa tahu tentang kebenaran yang sebenar-benarnya mengenai tugas yang diberikan kepada si trio buta itu.

Pun demikian dengan para buta-wan (dan wati) yang kini memenuhi bumi. Enggak  cuma tiga, melainkan milyaran. Masing-masing diberi tugas oleh observer alam ini, yang Maha Tahu, Maha Paham, yang Superlative, the One Above All. Nah, tergantung dari yang diberi tugas apakah sudah melaksanakan tugas dengan benar. Jangan sampai kita diberi tugas mendeskripsikan gajah, ternyata yang kita raba dan kita terangkan adalah kucing. Joko Sembung kan jadinya?

Kemudian, bagaimana kita bisa benar dalam menjalani tugas? Ya tentu dengan mengontak yang Superlative itu, memohon diberi petunjuk agar benar dalam menjalankan tugas yang diemban. Penting juga untuk tidak menyalahkan sesama buta yang sedang bertugas, apalagi sampai gontok-gontokan, gebukan, bacokan, dan berbuat ricuh. Toh, kita sama-sama buta. Tidak ada yang tahu pasti apakah kita memamng sudah benar kita meraba gajah, atau kita  masih meraba yang lain-lain. Ya to?

Dalam hati kita memang dituntut untuk meyakini bahwa apa yang kita raba selama ini memang yang paling benar. Yakin 100% atau tidak sama sekali. Tapi, sejujurnya selaku orang yang juga masih buta, ada sedikit pertanyaan dalam diri saya, yang mungkin juga dirasakan orang lain, apakah sudah yang paling benar yang kita raba selama ini? Semoga kita memang sedang meraba gajah dan kelak mampu mempertanggungjawabkan deskripsi gajah itu. Semoga~

n.b.: gambar gajah diambil dari google ^^ tepatnya gajah afrika (Loxodonta africana). konon setelah mammoth punah, dia yang terbesar di kelasnya. 

Read more »

Powered By Blogger