Kamis, 01 Maret 2012

Resensi: Martir Tuhan


Belajar itu membosankan, apalagi sejarah. Betul?

Ini pendapat yang lumrah di kalangan pelajar dan mahasiswa, maklumlah kita yang biasanya berpikiran futuristis, jauh ke masa depan tiba-tiba diminta menengok ke belakang untuk mempelajari sisa-sisa kejadian di masa lalu, berat bukan? Apalagi sejarah dunia.

Perang salib adalah satu sejarah dunia yang fenomenal. Perang ini berjalan lebih dari sembilan periode, yang mana setiap periodenya diwarnai kisah yang heroik, tragis, romantis dan tentunya fantastis. Perang ini lebih hebat daripada Perang Dunia 1 dan 2. Tentu saja, karena dalam perang salib ini hadir dua kekuatan terbesar yang pernah ada di dunia, yaitu kekuatan Islam melawan kekuatan Nasrani.

Novel ini membawa kita ke Eropa pada permulaan tahun 1100-an, dimana Paus Urbanus II mengeluarkan maklumat pada Konsili Clermont untuk mengangkat senjata, memerangi muslimin dan merebut kembali kota Jerusalem, kota suci tiga agama. Kontan saja para kesatria Nasrani yang terlibat konflik langsung berhenti dan menyamakan visi mereka, merebut kembali kota suci dan menyingkirkan kuku-kuku sultan dan khalifah muslimin dari kota itu. Itu adalah tugas suci bagi setiap jiwa yang mengaku seorang Nasrani. Tua, muda, kaya miskin, kesatria, budak, pendeta, semuanya turut serta dalam perang suci membela agama Tuhan.

Demikian pula kekhalifan Utsmani atau yang biasa disebut Ottoman, mereka pun berusaha mati-matian mempertahankan kepemilikan atas atnah Yerusalem. Namun sayang, belum kokohya ikatan diantara Muslimin pada masa itu menyebabkan Yerusalem lepas dari genggaman. Gempuran dari umat Nasrani yang sangat dahsyat membuat banyak korban berjatuhan.

Akhirnya harapan muncul dari Baghdad. Seorang atabeg bernama Imaduddin Zangi mencoba menyatukan kembali semangat Jihad muslimin yang sudah hancur, perlahan namun pasti daerah-daerah yang sudah dikuasai umat Nasrani dapat diambil kembali, diantaranya Edessa, Antiokh, dan kota-kota lain di sekitar Yerusalem.

Banyak nama-nama besar yang muncul dalam novel epik ini, diantaranya Godfrey, Imaduddin Zangi, Kaisar Alexius, Baldwin, dan lain sebagainya. Penulis novel ini, Muhammad B. Anggoro sangat hebat dalam menyajikan sudut pandang baik dari umat Nasrani maupun Muslimin. Pembaca dijamin akan mampu merasakan ketegangan, kehebatan, kesedihan maupun semangat juang para martir dan syuhada. Novel ini merupakan salah satu buku yang baik untuk dibaca, karena dengan membaca tanpa sadar kita juga belajar sejarah. Dua kata terakhir untuk novel ini: Sungguh Epik


  • Judul : Martir Tuhan
  • Pengarang : Muhammad B. Anggoro
  • Penerbit : DIVA Press
  • Halaman : 376
  • ISBN : 979-963-710-4

0 comments:

Posting Komentar

Powered By Blogger