Sabtu, 02 Februari 2013

The Moment of Silence

Hari itu, ketika keheningan menyelimuti, kita bertukar pandang. Perlahan, kita mulai bercerita, tentang mimpi-mimpi dan masa lalu. Kita tidak pernah bertemu sebelumnya bukan? Hangat, begitu hangat, seolah sepasang sahabat atau kekasih yang lama tak berjumpa. Sungguh manis, semanis madu, kata-kata yang keluar dari celah bibir ini. Sungguh dekat, sangat dekat. Jika sayap kiri di tanganku, maka sayap kanan kau genggam di tanganmu. Siap untuk terbang.

Hari itu, ketika burung-burung sesaat berhenti berkicau, ketika angin segan bertiup, bercanda, seluruh dunia berhenti sesaat sekedar untuk menyimak obrolan singkat kita. Lalu bintang-bintang mulai naik, diiringi dua gelas kopi dan sepiring kue. Namun kita masih sama, duduk diam bertukar keheningan. Aku sebelumnya tidak percaya telepati itu ada, tapi terpaksa kutelan lagi omonganku, hari itu, ketika kita beradu pandang dan tersenyum simpul. Wanginya masih terasa, menggelitik syaraf-syaraf otakku yang sudah terlalu lama tumpul. Aku belum melupakan senyuman itu.

Hari itu, ya, hari itu, ketika pita-pita turun dari langit, rupanya tersambung dengan seutas pelangi yang tergantung di langit, turun menghias ruang kecil itu. Aku bertanya-tanya, kemana angin akan pulang setelah hari ini? Tentu, ia akan sangat iri dengan apa yang terjadi diantara kita hari itu. Tahukah, berapa kali jam di tanganku kuputar mundur? Seribu, mungkin seratus ribu kali, berharap Tuhan tahu maksudku dan memperkenankan waktu mundur seiring jam di tanganku.  Ya, Tuhan pasti tahu, sayang sekali Dia pasti tak berkenan memutar waktu kembali ke hari itu. Maka aku hanya bisa terlelap dalam pengandaian saja.

Hari itu, ketika mata kita beradu, ketika kita bertukar keheningan, tiada kata lagi keluar dari mulut ini. Hanya sepasang makhluk yang duduk diam berdampingan, menanti dan menanti.

Hari itu, ketika mata kita beradu, suatu momen keheningan, ketika kata-kata terpenjara, ketika kita hening semakin larut, kita diam, tapi kita sama-sama tahu, cinta yang kita rasakan di udara.


betapa rindunya akan suatu hari di bulan November atau mungkin Desember, ketika kau berkunjung ke tempatku bermeditasi.

Pengasuh, Wanita Mentari Pagi

0 comments:

Posting Komentar

Powered By Blogger