Kamis, 31 Januari 2013

Badut

"Selamat pagi, selamat pagi, hari yang cerah pagi ini!"

Dengan riang, dia melempar-lempar tiga botol besar air mineral ke udara. Juggling katanya, biar orang-orang ceria. 1, 2, 3, 5 menit. Lelah? Tidak juga, sudah dalam darahnya.

"Selamat pagi, selamat pagi, selamat pergi bekerja hari ini!"

Digantinya tiga botol besar air mineral dengan tiga topi. Topi penyihir, tinggi menjulang. Mirip punya Pak Tarno. Dilempar-lemparnya ke kepala, bergantian. 1, 2, 3, kali ini cuma 4 menit. Maklum, belum jago dia.
Matahari sedikit menjulang, waktu dhuha katanya, di sudut bangku taman ada wanita duduk. Kecil, pendek, berkerudung, imut sekali.

"Selamat pagi nona, selamat pagi!" sapanya. Lalu ia hampiri dengan tersenyum lucu dan mulai melempar bola-bola di tangannya. Nona kecil itu diam. Tidak menarik.

"Tunggu Nona, kuatambahkan satu lagi." Empat bola kini melayang-layang, berpindah dari satu tangan ke tangan yang lain, lalu ke udara, menanti berpindah ke tangan yang satu lagi. Wajahnya perlahan mengangkat. Tampak senyum sedikit terkembang. Sedikit sekali.

"Tunggu, akan kubawakan sebuah lagu yang riang gembira!" Lalu dia bernyanyi, menyanyikan lagu yang riang gembira. La...la...la...li...li...li... bunga-bunga di taman mekar indah sekali, sayang lebah-lebah tak punya nyali. "Lucu, hihi." Akhirnya dia tertawa.

"Kau suka Nona? Bagaimana kalau aku ikut denganmu, atau kau ikut denganku?" Senyum termanis mengembang. Lalu dijawab "Tunggulah, nanti aku ke sini lagi." Lalu dia pergi, dan hingga hari ini belum kembali. Dia tidak tahu artinya. Sambil tertunduk lesu, dia tetap memainkan bola-bola ditangannya, lalu perlahan tersenyum lagi. Menghibur orang-orang yang lewat. Yah, itu sudah ada di darahnya. Saat ini, dia hanya seorang badut.

"Selamat pagi, selamat pagi, hari yang cerah pagi ini!"



sumber gambar: mbah google

1 comments:

  • Dhapow says:
    31 Januari 2013 pukul 23.56

    wkwkwkwk, foto ketika kakek masih muda, melawan ketidak adilan

Posting Komentar

Powered By Blogger