Kamis, 09 Agustus 2012

Makan Siang Di Bulan Ramadhan



Kalau lihat gambar makanan, bawaannya lapeer melulu. Hmm. . . Sedaapnya nasi padang di siang hari ditemani es jeruk yang baru diperas. Wiih. . Surga dunia. Tapi, jangan lupa, sedang puasa loh, hehe. Tahan ya, sampai tiba waktu berbuka.

Tapi, rupa-rupanya ada loh saudara kita yang tidak puasa. Yang mana? Yang di vihara, pura dan gereja? Ya iya lah, emang bukan kewajiban mereka.

Oke deh, bukan muslim, wajar jika tidak puasa. Tapi hari ini, tanggal sembilan agustus dua ribu dua belas, 9-08-2012, tepatnya 20 ramadhan 1433, 20-09-1433, di siang hari yang terik setelah membeli kardus di kota batu, saya, penulis, menemukan kejanggalan di dekat kuburan cina kota batu. Ada rame-rame orang berkumpul. Selidik punya selidik, ada yang jualan makanan di situ, entah bakso atau es campur, yang jelas sangat menggoda orang yang sedang puasa. Nah timbul pertanyaan, apakah semua yang ada di situ non muslim? Kalau iya, maka no problemo, dan tulisan ini bisa selesai di sini. Tapi yang jadi masalah, Indonesia itu 80% muslim, bisa jadi orang yang ada di situs sebelah makam cina itu juga 80%. Hmm, baru jadi masalah ni, dan tulisan ini bisa lanjut. Tanpa bermaksud untuk berburuk sangka pada mereka nih. Siang-siang kok makan sih? Nggak puasa emang?

Hmm. . Puasa emang ibadah yang unik, karena sifatnya yang begitu personal. Hanya Tuhan dan pelakunya saja yang tahu. Beda dengan sholat, disembunyikan sedemikian rupa, pasti sesekali orang itu pergi keluar sholat jamaah, walaupun cuma sholat idul fitri. Zakat? Disembunyikan sedemikian rupa juga pasti ada orang lain yang tahu? Loh siapa? Ya yang nerima lah. Hehe. Lah ente masak zakat diberikan pohon atau hewan, pasti manusia kan.

Saking uniknya, bahkan dalam Al-Qur'an Allah tidak menyeru seorang muslim untuk berpuasa, melainkan orang mukmin. Nah lo, berarti walaupun udah muslim, bisa jadi belum mukmin. Contohnya ya yang sedang makan di pinggir jalan siang tadi, masalah tuh. Eh enggak ding, jangan berburuk sangka, mungkin mereka umat non muslim, atau kalau mereka muslim, mereka lupa kalau ini bulan puasa.

Masalah kedua muncul nih, terlepas dari siapa yang makan di pinggir jalan itu. Masalahnya ada di penjualnya. Itu penjual mungkin nyawanya seribu ya, dikala teman penjual lain petak umpet menjual makanan di siang hari, eh dia malah terang-terangan di pinggir jalan. Nggak takut di sweeping? Ini nih masalahnya, bagaimana kalau ternyata penjualnya tidak punya keahlian lain selain membuat makanan untuk dijual? Apa mau stop jualan di bulan puasa? Mereka sekeluarga dapat nafkah dari mana dong? Jualan malam bisa, tapi orang-orang pada tarawih, yang beli siapa dong? Apa mereka mau nggak tarawih? Sayang dong, setahun sekali loh.

Seringkali kita, yang mengaku muslim dan mukmin, kurang peka dengan hal-hal semacam ini. Dengan alasan menghormati kesucian bulan ramadhan, mereka memaksa menutup warung-warung yang beroperasi di siang hari. Seringkali dengan anarkis. Okelah, kalau yang ditutup itu tempat-tempat hiburan yang kurang jelas, saya setuju, monggo diteruskan. Tapi kalau warung makan? Nanti dulu, saya kurang setuju.

Menurut saya nih, kesucian dan kehormatan bulan ramadhan tidak akan berkurang karena ada orang yang berjual makanan di siang hari di dalamnya. Kesucian dan kehormatan bulan ramadhan adalah tamu bagi masing-masing individu. Tergantung apakah dia mampu menghormati dan menyucikan bulan ramadhan. Banyak poster, leaflet, pamflet, baliho, bahkan sms-sms, yang mengajak kita untuk menghormati orang yang berpuasa, tapi jarang loh, ada yang berbunyi "Hormatilah Orang Yang Tidak Puasa".

Sayang sekali, bulan ramadhan yang suci dan terhormat sering ternoda dengan gontok-gontokan antara umat yang berpuasa dan yang belum maupun tidak berpuasa. Nah, mulai sekarang yok, kita benahi lagi. Ingat puasa itu privilege, puasa itu pilihan. Hanya orang terpilih yang mampu dan mau melakukannya. Ketika kita-kita yang mendapat privilege untuk bisa puasa minta dihormati, maka mengapa kita tidak menghormati mereka yang mendapat privilege itu? Doakan saja, agar mereka segera mendapat privilege itu dan bergabung bersama kita yang sudah lebih dahulu mendapatnya. Okay?

Betapa indah ketika mereka yang tidak puasa bisa menghormati yang berpuasa dan sebaliknya yang berpuasa juga bisa menghormati yang tidak berpuasa.

0 comments:

Posting Komentar

Powered By Blogger