Selasa, 04 Desember 2012

Bangku Beton

Dari balik layar. Dari balik layar hitam, terang, cahaya digital. Dimana awan sering bermain dan menari-nari bersama jemari besar, ketika langit tak lagi tertawa riang dan undangan-undangan datang menyerang.
Lalu, jemari riang meloncat kesana-kemari, menulis eulogi semu untuk masa yang akan datang, untuk masa di mana poin-poin dikumpulkan dan dipahat dalam selembar kertas putih, bersih.
Kereta tanpa kuda lalu datang. Menantikan dia duduk dan membelainya.
Mana kudanya? Mana kudanya, di dalam sana, tertutup lempeng besi. Memastikan dia sampai di singgasananya.
Lalu, ketika dia datang, dalam balutan kain merah dan biru kusam, bercengkrama lalu tertawa, dan segera pergi dari pandangan, kedua bola mata yang sedari tadi menatap dengan harap dan mengaburkan cita. Dari bangku beton taman dingin.

0 comments:

Posting Komentar

Powered By Blogger