Sabtu, 07 April 2012

Senja Menjelang, Menanti Fajar

Malam menjelang kawan. Mentari yang terang baru saja menuju sisi lain dari dunia ini. Aku rindu. Aku ingin pagi segera menjelang. Sepi, hanya berkawan bintang-bintang dan sepucuk bulan. Dulu, bintang-bintang itu temanku. Namun kemudian cahanya redup satu demi satu. Menuju kegelapan langit. Entahlah, padahal aku pun langit. Tempat mereka pernah bernaung dan tempat mereka sekarang tetap sama. Hanya saja kabut perak tipis menyelimuti antara aku dan para bintang yang ada. Fitnah. itnah yang membuatku mengira bintang-bintang itu meredup dan meninggalkan lubang-lubang kosong di badanku. Aku masih langit, sampai kapanpun aku percaya aku langit.

Aku jadi rindu pada sinar mentari. Padahal Maghrib baru saja menjelang, artinya waktu Shubuh masih teramat lama. Padahal aku sudah rindu. Kehangatan dan keceriaan yang dipancarkan, tak satupun mampu mengimbangi. Hanya segelintir bintang yang pernah dekat yang mampu menandingi. Tapi percuma, karena bintang-bintang itu sudah diorbit oleh planet masing-masing.

Kuliihat di kaki langit bulan mulai muncul. Bulan yang ragu-ragu. Bulan yang belum memutuskan apakah dia mau mendekat padaku atau tidak. Mungkin bulan ragu, aku hanya bermain-main. Ya, memang benar. Aku memang hanya bermain-main, sembari menanti mentari. Padahal tak aku tahu, apakah mentari itu suatu saat nanti akan kembali ke langit ini, kembali ke atap-atap dunia ini. Biarlah, kuasa Tuhan yang mengatur.

1 comments:

  • deby putra bahrodin says:
    8 April 2012 pukul 09.53

    bingung juga mau komentar apa. hehe... habisnya kata2nya seperti curhatan.. kunjungan pagi saja wes.. ikut nyimak

Posting Komentar

Powered By Blogger