Minggu, 15 Desember 2013

Sosialisme: Mereka Yang Dipandang Sebelah Mata

Paper saya untuk tugas Mata Kuliah Sistem Ekonomi. Sesuatu untuk dicerna pikiran kita pagi-pagi. Tentang Komunisme dan Sosialisme. Sejujurnya saya pro Sosialisme. Tapi saya tidak pro Komunisme. Oh iya, ini sumbernya 2 subbab awal dari diffen.com dan wikipedia.Sedangkan 2 subbab akhir dari pikiran saya sendiri. Silakan dinikmati ya. Masih belum selesai sih. Kurang sedikit lagi. Tapi overall sudah bisa dinikmati. Please enjoy. ^__^



Sekilas Gambaran Mengenai Sosialisme
            Sosialisme adalah suatu ideologi sistem ekonomi yang memiliki karakteristik kepemilikan bersama faktor-faktor produksi dan manajemen ekonomi yang kooperatif. Kepemilikan sosial bisa kita artikan sebagai perusahaan bersama, kepemilikan properti bersama, kepemilikan properti dan modal oleh negara dan warga negara, atau gabungan dari hal-hal yang disebut diatas.
Ada banyak definisi dan variasi Sosialisme, sehingga ketika dirangkum menjadi satu sebetulnya tidak ada yang bisa menerangkan dengan jelas apa itu Sosialisme. Tapi, ada benang merah diantara semua variasi Sosialisme itu, yaitu tentang kepemilikan bersama dan visi kesejahteraan bagi semua masyarakat.
Hanya saja variasi Sosialisme berbeda-beda tipenya dari cara bagaimana sistem mereka dijalankan. Ada yang masih bergantung pada pasar, ada pula yang tidak. Ada yang menitikberatkan peran negara dalam mengelola dan membangun Sosialisme, tapi ada juga yang menyerahkan ke masyarakat untuk membentuk institusi yang baik dalam mengelola faktor produksi.
            Sistem ekonomi Sosialisme didasarkan pada pandangan bahwa produksi adalah untuk konsumsi. Artinya, produksi barang dan jasa ditujukan secara langsung untuk memuaskan permintaan dan kebutuhan manusia, dimana suatu objek dinilai berdasarkan nilai guna mereka. Berbeda dengan kapitalisme dimana tujuan produksi barang dan jasa adalah untuk menghasilkan laba dan menumpuk modal.
            Dalam konsep ekonomi sosialis tradisional, koordinasi, akuntansi, dan penilaian dari suatu faktor produksi akan dilakukan berdasarkan kondisi fisik atau dengan menggunakan penghitungan lamanya waktu yang digunakan dalam produksi. Distribusi output produksi didasarkan pada konsep “To each according to his contribution”. Artinya, masing-masing orang akan mendapat sesuai dengan porsi kontribusinya terhadap masyarakat. Kebutuhan dasar pasti akan dicukupi oleh sosialisme, tapi mereka yang berkontribusi lebih, juga akan menerima lebih.
Berbeda dengan konsep Komunisme, dimana prinsipnya “To each according to his need.” Artinya, untuk setiap anggota masyarakat akan diberi kebutuhan sesuai dengan seberapa besar yang ia butuhkan, tidak boleh lebih. Ini salah satu faktor yang membedakan Sosialisme dengan Komunisme.
            Sebagai pandangan politik, Sosialisme juga memiliki berbagai macam filosofi, mulai dari Reformis sampai Revolusioneris. Dalam pandangan para pendukung Sosialisme Nasionalis, mereka berpendapat bahwa negara yang harusnnya mengatur perekonomian dengan carai melakukan nasionalisasi produksi, distribusi, dan perdagangan sebagai cara untuk mengimplementasikan sosialisme.
Kaum Sosialisme Libertarian, memiliki pandangan yang berbeda, dimana mereka menentang intervensi kekuatan negara dalam Sosialisme. Kekuatan negara yang dimaksud yaitu baik negara dan kekuatan parlemen. Sedangkan Sosialis Demokratis juga memiliki pandangan yang berbeda, dimana menurut mereka Sosialisme hendaknya dijalankan melalui proses sistem politik yang demokratis.
            Sosialisme modern mulai lahir pada sekitar abad ke 18, ketika para kaum intelektual dan para pekerja mengkritik efek industrialisasi dan kepemilikan swasta pada masyarakat.  Kemudian pada awal abad ke 19, Sosialisme menjadi “lawan” Kapitalisme dan dianggap sebagai suatu sistem alternatif yang berdasarkan kepemilikan sosial. Para penganut Marxis mengembangkan lebih jauh dengan menambahkan pendekatan secara saintifik dan perencanaan yang demokratis sebagai suatu bagian dari Sosialisme.

Perbandingan Sosialisme dan Komunisme
            Ideologi Komunisme, memang berangkat dari ideologi Sosialisme yang dikembangkan. Akan tetapi, orang-orang menjadi rancu antara keduanya dan seringkali menyamakan Komunisme dengan Sosialisme. Padahal diantara keduanya ada beberapa perbedaan prinsip yang mendasar. Letak perbedaan prinsip tersebut antara lain sebagai berikut.
a.      Sistem Politik
Dalam sistem politik Komunisme, tidak ada yang memimpin dan tidak ada yang dipimpin. Secara teoritis rakyat lah yang memegang kendali atas diri mereka sendiri. Keputusan yang dibuat harus merupakan konsensus bersama. Sebetulnya sistem seperti ini belum pernah benar-benar dijalankan. Mungkin sistem yang paling mendekati adalah kepemimpinan oleh partai tunggal yang sangat kuat. Bisa kita bayangkan bagaimana mungkin negara yang besar akan menerapkan sistem Komunisme dimana tidak ada pemimpin. Tentu tidak mungkin dilakukan.
       Di sisi lain, sistem politik Sosialisme masih menggunakan pemerintah. Biasanya ada beberapa partai yang bersaing. Tapi partai yang terbesar dan memegang kendali utama biasanya memiliki nama “Partai Sosialis” atau sebagainya yang menunjukkan ideologinya sebagai penganut paham Sosialisme.
b.      Sistem Ekonomi
Komunisme akan mendistribusikan kekayaan yang dimiliki negara kepada masyarakat dengan jumlah yang sama persis tiap orangnya. Kebutuhan individual sepenuhnya ditanggung oleh masyarakat. Perusahaan yang ada semuanya dikuasai oleh masyarakat dan digunakan untuk menyejahterakan masyarakat dan memenuhi kebutuhannya.
Berbeda dengan Sosialisme dimana setiap individu akan menerima bagian yang kurang lebih sama. Bagian kekayaan itu diperoleh dari faktor produksi, yang dikuasai oleh para pekerja. Akan tetapi,  masyarakat bisa mendapatkan lebih dari jatah yang diberikan jika mereka bekerja lebih keras. Ada insentif dalam Sosialisme yang tidak kita temukan di sistem Komunisme.
c.       Filosofi
Filosofi Komunisme yaitu “From each according to his ability, to each according to his needs.” Maksudnya, masyarakat diwajibkan menyumbangkan kemampuannya untuk komunitasnya sesuai dengan apa yang ia mampu. Jika ia seorang dokter, maka bantulah masyarakat dengan memberikan pengobatan.
Jika ia seorang guru, maka bantulah masyarakat dengan memberikan pendidikan. Jika ia seorang pekerja/buruh, maka bantulah masyarakat dengan keahlian yang dimiliki. Lalu setelah mereka memenuhi kewajibannya, masyarakat akan memenuhi kebutuhan mereka sesuai dengan apa yang mereka butuhkan.
Sedangkan filosofi Sosialisme yaitu “From each according to his ability, to each according his deeds.” Agak berbeda dengan sistem Komunisme. Dalam sistem Sosialisme, masyarakat tetap dituntut untuk berkontribusi pada komunitasnya sesuai dengan kemampuanny, lalu mereka akan mendapatkan apa yang mereka butuhkan.
Akan tetapi, jika seorang individu bekerja lebih keras, ia akan menerima insentif diluar kebutuhan dasarnya. Jika seorang individu bekerja biasa-biasa saja, maka ia hanya akan menerima apa yang ia butuhkan saja tanpa adanya insentif lebih.
Dari sini bisa kita lilhat perbedaan yang mendasar antara Sosialisme dan Komunisme melalui insentif yang diberikan. Dalam sistem Komunisme, sekeras apapun seseorang bekerja –misalkan 20 jam sehari– apa yang didapatkan tetap saja hanya sesuai yang ia butuhkan. Ia tidak akan menerima insentif atas kerja kerasnya.
d.      Ide Pokok / Intisari Ajaran
Gagasan utama sistem Komunisme adalah bahwa sudah menjadi hukum alam bahwa masyarakat akan selalu terbagi menjadi kelas-kelas yang akan selalu bersaing satu sama lain. Dalam Revolusi Industri, telah terjadi ketidakadilan dimana masyarakat yang kaya menjadi semakin kaya dan masyarakat yang miskin menjadi semakin miskin. Kaum pekerja harus melakukan revolusi untuk merubah nasib mereka. Pekerja harus menggulingkan kaum borjuis.
Gagasan sistem Sosialisme adalah setiap orang harus diberikan kesempatan yang sama. Memang perbedaan kelas tidak bisa dihindari, tapi kesempatan harus tetap sama. Para pekerja adalah kelompok yang paling berhak untuk memegang manajemen pabrik. Regulasi dari pemerintah tetap dibutuhkan untuk mendukung ideologi Sosialisme. Para pekerja tidak perlu menggulingkan kaum borjuis selama hak-hak pekerja masih tetap dipenuhi.
e.       Tokoh Pendukung
Diantara tokoh pendukung ideologi Komunisme adalah Karl Max, Frederich Engels, Vladimir Lenin, dan Leon Trotsky. Sedangkan tokoh pendukung ideologi Sosialisme antara lain Robert Owen, Pierre Leroux, John Stuart Mill, dan Leo Tolstoy.
f.       Kepemilikan Privat
Dalam sistem Komunisme, kepemilikian privat benar-benar dilarang. Apapun yang ada di wilayah suatu negara adalah milik negara. Masyarakat hanya diberi hak pakai saja. Berbeda dengan Sosialisme.
Sosialisme masih mengakui kepemilikan pribadi, namun terbatas pada hal-hal yang kecil saja. Misalnya pakaian, rumah, alat transportasi, dan lain sebagainya. Akan tetapi kepemilikan pribadi dalam perusahaan dan faktor produksi dilarang keras. Segala hal yang mendukung produksi harus dikuasai negara agar tidak menimbulkan masalah di masyarakat.
g.      Variasi Gerakan Politik
Variasi Komunisme antara lain Leninisme, Stalinisme, Trotskyisme, Marxisme, Maoisme, Komunisme aliran kiri. Semuanya merupakan pengembangan dari dasar Komunisme. Sedangkan variasi Sosialisme antara lain Sosialisme Libertarian, Anarkisme, Syndikalisme, Demokrasi Sosialis, termasuk juga Komunis yang aslinya merupakan pengembangan dari dasar Sosialisme.
h.      Pilihan Publik
Dalam Komunisme yang ‘asli’, karena tidak ada pemimpin, maka semuanya menjadi bebas. Pilihan sepenuhnya ditangan masyarakat. Tapi pada prakteknya, semua pilihan termasuk edukasi, agama, pekerjaan, bahkan pernikahan, sudah diatur oleh negara.
Pada Sosialisme, pilihan termasuk pendidikan, agama, pekerjaan, dan pernikahan semuanya bebas dipilih oleh individu masing-masing. Tapi pendidikan dan kesehatan disediakan gratis untuk semuanya.
i.        Proses Perubahan
Dalam Komunisme, pemerintah adalah agent perubahan, bukan pasar ataupun konsumen. Perubahan yang dilakukan oleh pemerintah bisa cepat bisa lambat tergantung kebutuhan dan perubahan yang dikehendaki. Kaum proletar akan merubah dengan cepat melalui revolusi dengan kekerasan. Sebagaimana pernah dikatakan oleh Mao Ze Dong dalam “Buku Merah”nya,
A revolution is not a dinner party, or writing an essay, or painting a picture, or doing embroidery; it cannot be so refined, so leisurely and gentle, so temperate, kind, courteous, restrained and magnanimous. A revolution is an insurrection, an act of violence by which one class overthrows another.”
Artinya, “Sebuah revolusi itu bukanlah pesta makan malam, atau menulis esai, atau melukis lukisan atau membuat sulaman; revolusi tidak bisa dijalankan dengan halus, sopan, berhati-hati dan anggun. Revolusi adalah sebuah tindakan kebangkitan, sebuah tindakan kekerasan dimana satu kelas menggulingkan yang lain.
Perbedaannya, pada Sosialisme pekerjalah yang menjadi agen perubahan. Perubahan sepenuhnya dipegang oleh pekerja dan bisa cepat atau lambat tergantung dengan perubahan yang dikehendaki. Dalam Sosialisme, pekerja atau kaum proletar tidak perlu melakukan revolusi berdarah yang besar-besaran. Pekerja cukup menguasai faktor-faktor produksi dan perusahaan saja. Secara teknis, Sosialisme lebih ‘halus’ daripada Komunisme.

Melawan Kapitalisme
            Tidak dapat dipungkiri memang bahwa dewasa ini Kapitalisme merupakan ideologi dan sistem ekonomi yang dipakai luas di hampir seluruh negara. Memang, secara teknis tidak ada negara yang menerapkan Kapitalisme murni. Tidak mungkin suatu negara menyerahkan perekonomiannya kepada pasar, karena dapat dipastikan negara tersebut akan jatuh dalam waktu singkat.
            Dalam Kapitalisme yang menjadi masalah utama adalah ketimpangan antara penduduk yang kaya dan yang miskin. Para Kapitalis sangat mengagungkan tumpukan modal. Bagi mereka, yang penting adalah memperoleh laba yang besar dan mengakumulasi modal sehingga pundi-pundi kekayaan mereka akan semakin bertambah. Kapitalis beranggapan bahwa seseorang harus bekerja semaksimal mungkin untuk memperoleh kekayaan pribadi, tapi bukan berarti mereka tidak bisa bekerja sama dengan yang lain. Mereka bisa bekerja sama dengan yang lain akan tetapi tetap tujuannya adalah untuk kepentingan diri sendiri. Hal ini mendorong penguasaan faktor-faktor produksi dan perusahaan yang seharusnya bisa dimanfaatkan oleh banyak orang.
            Kapitalisme memang tidak sepenuhnya buruk, dengan sistem itu manusia didorong untuk terus berinovasi agar mampu bertahan di tengah persaingan. Dengan adanya dorongan seperti itu, inovasi akan terus dilakukan dan dampaknya pertumbuhan dan pembangunan ekonomi akan menjadi semakin cepat. Tapi dibalik itu semua, Kapitalisme akan membentuk masyarakat yang cenderung egois. Kebutuhan untuk bertahan hidup di dunia yang persaingannya ketat kadang-kadang menutup akal sehat dan fakta bahwa manusia terlahir sebagai makhluk sosial. Hanya dengan bekerja sama lah manusia akan dapat bertahan hidup.
            Kapitalisme bisa diibaratkan bangunan Piramid, dimana bagian bawahnya lebar dan semakin ke atas semakin sempit. Para kaum pekerja dan buruh biasanya berada di lantai terbawah Piramid ini, menanggung beban berat menopang perekonomian. Jumlah mereka yang paling banyak, tapi justru merekalah yang mendapat bagian kekayaan paling sedikit. Semakin ke atas jumlah orangnya akan semakin sedikit namun jumlah kekayaan yang dimiliki malah semakin meningkat. Ini mendorong orang-orang yang berada di lantai bawah untuk berusaha naik ke lantai yang lebih tinggi guna mendapat penghidupan yang lebih layak.
Resikonya jelas, jika tidak diawasi dengan betul akan terjadi persaingan yang tidak sehat. Bukan tidak mungkin mereka-mereka yang berada di bawah akan gelap mata dan melakukan tindakan kriminal terhadap golongan yang lebih tinggi untuk meraih kekayaan dan kesejahteraan yang lebih cepat.
Persaingan antar mereka juga akan menjadi semakin ketat. Mereka tidak akan segan-segan menyingkirkan teman, saudara, atau relasinya yang dirasa mengganggu langkahnya untuk naik ke kelas yang lebih tinggi. Memang hal tersebut tidak terjadi di semua orang, akan tetapi kondisi yang diciptakan oleh Kapitalisme sangat berpotensi untuk mendorong terjadinya hal itu. Masyarakat akan menjadi komunitas egois yang hanya memikirkan diri sendiri. Degradasi moral akan terjadi besar-besaran. Orang tidak akan peduli dengan tetangga kanan kirinya, selama ia masih perlu untuk naik ke kelas yang lebih tinggi, maka segala cara bisa jadi akan dia lakukan. Sekali lagi memang hal ini tidak akan terjadi di setiap orang yang kesejahteraannya kurang, tergantung moral masing-masing, akan tetapi potensinya besar terjadi.

Sosialisme Di Indonesia: Mengapa Dipandang Sebelah Mata
            Tidak dapat dipungkiri memang, bahwa ideologi Komunisme yang dibawa Karl Marx berangkat dari akar Sosialisme. Karl Marx boleh dibilang adalah penganut aliran keras Sosialisme, terbukti pada bukunya Manifesto of The Communist Party (judul asli: Manifest der Kommunistischen Partei), ia mengatakan:
“The Communists disdain to conceal their views and aims. They openly declare that their ends can be attained only by the forcible overthrow of all existing social conditions. Let the ruling classes tremble at a Communistic revolution. The proletarians have nothing to lose but their chains. They have a world to win. Working Men of All Countries, Unite!”
Kurang lebih artinya adalah sebagai berikut:
“Adalah sebuah kehinaan bagi penganut Komunis untuk menyembunyikan tujuannya. Mereka (Komunis) secara terbuka akan mendeklarasikan bahwa akhir dari penderitaannya akan tercapai hanya dengan menjatuhkan secara paksa semua kondisi sosial yang ada. Biarlah para penguasa gemetar ketakutan akan revolusi Komunis. Kaum Proletar tidak akan kehilangan apapun, kecuali rantai-rantai yang membelenggu mereka. Mereka punya dunia untuk dimenangkan. Kaum pekerja di seluruh negara, bersatulah!”
            Bisa kita ambil kesimpulan bersama bahwa Marx sangat menganjurkan adanya revolusi yang keras dalam Komunis. Pandangan ini juga dianut oleh Mao Ze Dong, sebagaimana tertulis dalam sub bab sebelumnya. Menurut Mao, revolusi tidak bisa dijalankan dengan begitu rapi dan indah. Revolusi adalah tindakan kekerasan dimana satu kelas menggulingkan yang lainnya.
            Pandangan dari kedua tokoh inilah yang menyebabkan revolusi Komunisme di beberapa negara berjalan dengan keras dan berdarah. Seperti halnya di Rusia dengan revolusinya yang dipimpin Vladimir Lenin, atau China dengan revolusi ‘Lompatan Besar ke Depan’, atau di Kamboja dengan Khmer Merah-nya, begitu pula di Indonesia dengan PKI-nya.
            Akibat dari revolusi itu, banyak pandangan yang menganggap Komunis adalah suatu gerakan terkutuk yang mencintai kekerasan. Sebetulnya, memang benar demikian adanya, revolusi Komunisme selalu diikuti dengan pertumpahan darah dan kekerasan. Tentu kita tidak bisa lupa bagaimana serangkaian kerusuhan dan pembunuhan yang terjadi pada era 1960-an ketika Partai Komunis Indonesia eksis dan mulai meroket popularitasnya sebagai salah satu partai besar yang digandeng Presiden Soekarno. Bahkan Presiden Soekarno sempat mengatakan pada HUT PKI tangal 23 Mei 1965:
“...sebab, siapa yang bisa membantah, bahwa PKI adalah unsur yang hebat di dalam penyelesaian revolusi Indonesia. PKI menjalar menjadi kuat. PKI kini beranggotakan 3 (tiga) juta orang, simpatisannya 20 (dua puluh) juta. Apa sebabnya PKI sampai demikian ? Ialah karena PKI konsekuen progresif revolusioner. Saya berkata, PKI yo sanakku, yo kadangku, yen mati aku melu kelangan (PKI adalah juga saudaraku, ya handai taulanku, kalau mati, saya juga ikut kehilangan) "
            Puncaknya pada Gerakan 30 September 1965 yang membantai sejumlah elite militer di masa itu. Walaupun sampai sekarang belum jelas siapa pelakunya, masyarakat sudah terlanjur memberikan stempel pada gerakan Komunis sebagai gerakan haram yang harus dihilangkan. Masalahnya masyarakat ikut-ikutan menganggap bahwa gerakan Sosialisme tidak jahu berbeda dengan Komunisme. Padahal sebetulnya tidak demikian. Dalam subbab sebelumnya suadh dijelaskan betapa sebetulnya ada perbedaan yang sangat besar antara Komunisme dan Sosialisme.
            Akibatnya Sosialisme di Indonesia menjadi sulit berkembang dan dipandang sebelah mata. Padahal dalam pidatonya, Manifesto Politik, Presiden Soekarno menyatakan
“Hari depan revolusi Indonesia bukanlah menuju ke kapitalisme, dan sama sekali bukan menuju ke feudalisme… Hari depan Revolusi Indonesia adalah masyarakat adil dan makmur atau… Sosialisme Indonesia”
            Bisa kita lihat bagaimana pandangan Presiden Soekarno yang lebih mengarah ke Sosialisme tapi bukan Komunisme. Tentu kita ingat semboyan Nasakom Presiden Soekarno, yaitu Nasionalis, Agamis, Komunis. Penulis yakin, bahwa apa yang dimaksud Presiden Soekarno dengan Komunis di sini sebetulnya adalah Sosialis. Karena tidak mungkin untuk menyandingkan Komunisme dengan Agama. Bukankah Komunisme melarang segala macam Agama. Sedangkan Sosialisme masih mengakuinya.
            Akan tetapi, sudah terlanjur masyarakat–khususnya di Indonesia–menyamaratakan antara Komunisme dan Sosialisme sehingga Sosialisme yang sebetulnya lebih baik dari Komunisme dipandang sebelah mata dan sulit berkembang.

0 comments:

Posting Komentar

Powered By Blogger