Mawar merah, menggoda, indah, berduri tajam. Jika tergores, lukanya tak kunjung padam. Mawar merah, bertahun-tahun berlalu sejak aku menanamnya. Di ujung jalan sempit menuju kontrakan, tempatmu berlalu-lalang, tiap hari, dengan almamater tersampir di pundak, atau mungkin kau ikat di perut. Aku tidak tahu kebiasaanmu. Mawar merah, kelopaknya rontok satu per satu. Ketika tersiram kencing kucing atau anjing. Lalu-lalang menuju kontrakan. Lalu seseorang datang dan mungkin menutupnya pakai anyaman bambu.
Kasihan, kasihan, belum lagi tumbuh dewasa, tapi sudah tersiksa. Ditutup anyaman bambu lebih enak ya? Bebas dari kencing anjing, bebas dari asap motor. Biarpun cuma sedikit. Lubangnya terlalu besar. Tapi itu perlu, kau tahu, biar kau tumbuh besar. Jadi mawar yang semakin indah. Biar kau tumbuh besar, bisa diambil orang.
Mawar merah, menggoda, indah, berduri tajam. Jika kau besar nanti, tanggalkah duri-durimu? Onak penusuk yang menyakitkan, atau malah semakin menggila. Tak berduri saja, tapi racunmu juga. Aku jadi ingat, tokoh kartun, Poison Ivy namanya. Benar bukan? Bukan begitu? Sungguh indah dan menggoda, jerat setan yang diberi taburan pewarna dan kelap-kelip, apa itu, glitter namanya kata orang, memikat, menawan, lalu, SRET!!! Satu mangsa kena.
Melati putih, tidak indah, layu kuncup. Hanya bagus untuk campuran teh. Dicelup-celup air panas. Lalu aku kasihan dan mencoba mencari tahu. Hei melati putih kecil, apalah gunamu ada di dunia yang kejam ini? Bukankah hanya teh panas saja yang kau terima? Ikhlas nian dirimu, atau kau juga sama dengan mawar merah, jerat iblis yang tampak suci? Ataukah sama kau ini agennya si iblis pendusta, yang kerjanya memakan orang-orang yang coba memetik asa.
0 comments:
Posting Komentar