Dua tahun terakhir saya kuliah, hati saya tertambat oleh seorang perempuan. Lah.. opo ae.. Ya begitu lah, sejak semester 2 sih sebetulnya saya mulai naksir. Awalnya cuma dekat-dekat biasa, sekedar hubungan profesional mahasiswa. Tanya jadwal, tanya pr, nugas bareng. Lama-lama tanya lagi dimana, sedang apa. Makin lama makin perhatian, baik saya ke dia juga dia ke saya. Hati-hati licin hujan, jangan ngebut. Pr-mu gimana? Udah sehat a? Jaga kesehatan, cuacanya lagi nggak bagus.
Sampai saya beranikan diri mengutarakan perasaan :v
Ditolak! Well, bahkan sebelum saya nembak, baru sekedar mengutarakan perasaan aja, itupun nggak terang-terangan, cuma lewat guyonan sms aja. Setelah itu rasanya semua jadi beda. Perlahan tapi pasti, jarak saya dan dia makin jauh. Kalau kata mas Makoto Shinkai, 5 cm per second. Magnet saya dan magnet dia yang dulu perlahan menarik satu sama lain sekarang jadi menolak satu sama lain. Sampai sekarang.
Saya jadi mikir, apa saya cuma sekedar pelarian, mengingat dia dulu bermasalah dengan pacarnya. At least kata dia gitu... Belum saya tanyakan. Mungkin suatu saat nanti, dalam waktu dekat.
Yang pasti dua tahun terakhir saya tidak memaksimalkan kuliah saya dengan memikirkan hal-hal semacam itu. IPK ngedrop dari semester 2-4.Alhamdulillah naik lagi semester 5, semoga sekarang nggak turun lagi.
Semester depan semester 7. Waktunya skripsi + KKN. Saya nggak bisa main-main lagi sama pikiran ini. Toh saya juga masih muda, dunia masih terlalu luas. Walaupun jauh dalam hati, zzz opo ae, saya masih mengharap suatu saat akan bersanding dengan perempuan itu. Bukan pacaran lho ya, bersanding... Yaa gitu deh. Hehe. Sejauh ini, banyak saya temukan dari dia hal-hal yang melengkapi saya. Udah klop lah menurut saya, tapi yaaa mau gimana lagi. Sekarang dianya terasa jauh. Kalau biasanya jauh di mata dekat di hati, nah ini kebalikannya, dekat di mata jauh di hati. Nggak ada keceriaan kalau ketemu dia.
Saya benar-benar berharap, kalaupun memang nggak bisa bersama ya paling nggak dia kembali seperti yang dulu. Manis, perhatian, ramah. Satu hal yang saya nggak bisa lupa, waktu ketemu di jalan kemudian dia menyapa dengan begitu riang gembira. Senyumnya manis banget. Serius! Nggak alay ini.
Sayang sekarang saya sudah nggak pernah lihat dia senyum kayak gitu lagi. Well, senyum dan tertawa masih sering pasti, tapi ada ketulusan yang hilang dari sana.
Jujur, kadang-kadang saya ngiri, liat temen punya pacar. Saya tahu itu pacaran itu nggak bener, tapi ya mau gimana lagi. Kadang-kadang nafsu yang menang. Sering sih, bukan kadang-kadang.
Ah ya sudahlah, saya harus move on suatu hari nanti. Saya mencoba menghibur diri bahwa jodoh tidak akan tertukar. Kalau dia jodoh saya, ya nanti akan ketemu lagi, kalau enggak, ya memang dari awal nggak akan kena.
Satu hal yang saya nggak habis pikir, kenapa Tuhan mendekatkan saya dengan dia, kenapa harus saya, kenapa saya nggak dibuat fokus saja berkuliah, berkarya. Saya ditunjukkan sesuatu hal yang sangat berharga sampai saya pingin memilikinya, tapi saya sekarang dijauhkan. Yaa, positive thinking aja lah, anggap aja disimpankan untuk di masa depan. Semoga!
Yang jelas sekarang saya harus move on. Secepatnya saya tanyakan pertanyaan yang diawal itu. Nggak cuma Move On, tapi harus Move Up, menaikkan kualitas diri juga. Salah satunya lemak yang masih numpuk ini. hehe. harus seegra hilang menjelang puasa.
its okey..move on keep stay positive.... karena pasti ada sesuatu yg bisa dipelajari dari pertemuan tsb..:)