Saya membuat tulisan ini setelah main game. Empire Earth 1. Aneh, beneran. Bukan gamenya, tapi sayanya. Biasanya saya betah berlama-lama di depan komputer, ngegame. Berhenti cuma untuk shoma: Sholat + Makan. Kalau ada pekerjaan ya berhenti juga sih, 1-2 jam. Habis itu lanjut lagi. Tapi sekarang, main 1-2 jam udah jenuh. Pindah browsing, nulis-nulis gak jelas di blog ini. Yaa gitu-gitu aja kerjaannya tiap hari.
Nggak tau ya, saya rasanya sudah addict sama game. Memang, belum semua jenis game saya mainkan. Jumlahnya nggak sebanyak gamer-gamer 'maniak' yang lain, tapi juga nggak sedikit. Saking addictnya bisa betah berjam-jam di depan laptop, main. Saya punya drive D isinya sekitar 100 GB game. Judul .iso PSX yang saya punya ada sekitar 30an, ditambah game-game lain yang saya instal. Banyak lah. Saya rasa bukan gamer lah tepatnya, tapi player.
Saya main game buat senang-senang. Begitu main, rasanya beban-beban di kepala hilang. Dari main game, saya dapat banya inspirasi buat nulis lah, bikin ide-ide apa gitu. Beberapa game juga membantu saya belajar. Misalnya Age of Empires dan Medal of Honor, dari situ saya belajar sejarah. Dari Resident Evil dan Parasite Eve, saya belajar untuk pantang menyerah dan sabar. Dari game-game fighting macam Tekken, Bloody Roar, Street Fighter, atau apalah itu anda sebutkan sendiri, saya belajar timing dan membuat keputusan.
Seperti yang saya jelaskan di awal, saya main sekarang nggak betah lama. Paling cuma 1-2 jam. Bosankah saya dengan game? Jenuh? Saya rasa tidak. Buktinya saya malah download game-game baru, cari .iso PSX yang lama-lama buat nostalgia. Tapi kejenuhan saya toh tidak hilang.
Yaa, saya sadar akar permasalahan semua ini. Pikiran. Pikiran saya nggak tenang, kacau. Mau apa-apa jadi males. Saya tahu juga sumber masalahnya, tapi menghilangkannya nggak semudah itu. Waktu main game, agak ilang. Selesai main malah ingat-ingat lagi. Waktu sholat jadi seger, masalahnya ilang. Habis sholat 1-2 jam, kumat lagi. Ketemu temen-temen lama, masalah ilang. Dibawa ketawa. Pulang...? Eaa.. Inget lagi..
Ah, saya ingat kata-kata mutiaranya Dan Brown. Your Mind Is The Key. Segala sesuatunya datang dari pikiran. Ada sesuatu yang mengganjal di pikiran saya selama sebulan terakhir ini. Rasanya belum bisa saya jelaskan, karena itu privasi. Hehe. Yang jelas, ini mengganggu saya.
Terkait dengan masalah ikhlas dan tahu diri.
Ikhlas itu seperti si tukang cuci motor. Dia mencucikan motor anda, kemudian dia melihat ban anda bocor. Dengan senang hati dia membawa ke tukang tambal ban terdekat. Lalu anda membayar biaya cuci motor dan biaya tambal ban itu.
Di lain waktu, ia mencucikan motor anda dan menemukan busi anda lepas. Lalu ia pasang dan memperbaikinya walaupun itu bukan tugasnya.
Di kesempatan lain, spion anda patah. Dengan lem seadanya dia pasangkan dan menyarankan anda supaya segera mengganti dengan yang baru. Tanpa meminta imbalan. Itu ikhlas, tanpa minta imbalan.
Nah, kalau anda pelanggan yang tahu diri, perhatikanlah si tukang cuci itu. Saya yakin, si tukang cuci tidak mengharap imbalan materi dari anda. Hanya sekedar perhatian bisa membuat orang manapun senang bukan? Sekedar ngobrol-ngobrol menanyakan kabar atau apalah. Syukur-syukur kalau anda bawakan sesuatu. Ketika suatu hari si tukang cuci berbuat kesalahan, tidak serta merta anda memusuhinya, toh selama ini dia baik kan sama anda? Itu perspektif di mata saya tentang tahu diri. Kalau anda pelanggan yang tidak tahu diri, well.. Terserah anda.
Yah, itulah tulisan saya kali ini. Sudah saya bilang di awal. Saya suka ngelantur kalau bosan main game. At least lanturan yang ini lumayan serius. Hahaha.
Dari Your Mind is The Key, nyasar ke bahasan Ikhlas dan Tahu Diri. Ya mau gimana lagi, itu yang jadi ganjelan di pikiran. Supaya pikiran saya bisa tenang lagi. Semoga yang membaca bias merefleksikan.
Okay, sekian dari saya, sampai jumpa di tulisan berikutnya.
0 comments:
Posting Komentar