Maaf, saudaraku, belum bisa aku berkunjung ke tanahmu lalu menepis duka.
Di wajahmu, di wajah masyarakatmu.
Maaf, karena di sini di tanahku, setan masih senang berkunjung.
Aku pun berjuang di sini.
Hanya sedikit beda kita, kau menenteng senapan dan sepotong perisai tutup kaleng.
Juga granat-granat kecil batu kerikil.
Aku pen menenteng sesuatu dalam tanganku. Sepotong pena, penghapus, dan buku.
Belum serius pula aku dalam perjuanganku.
Maka...