Paper saya untuk tugas Mata Kuliah Sistem Ekonomi. Sesuatu untuk dicerna pikiran kita pagi-pagi. Tentang Komunisme dan Sosialisme. Sejujurnya saya pro Sosialisme. Tapi saya tidak pro Komunisme. Oh iya, ini sumbernya 2 subbab awal dari diffen.com dan wikipedia.Sedangkan 2 subbab akhir dari pikiran saya sendiri. Silakan dinikmati ya. Masih belum selesai sih. Kurang sedikit lagi. Tapi overall sudah bisa dinikmati. Please enjoy. ^__^
Sekilas Gambaran
Mengenai Sosialisme
Sosialisme adalah suatu ideologi
sistem ekonomi yang memiliki karakteristik kepemilikan bersama faktor-faktor
produksi dan manajemen ekonomi yang kooperatif. Kepemilikan sosial bisa kita
artikan sebagai perusahaan bersama, kepemilikan properti bersama, kepemilikan
properti dan modal oleh negara dan warga negara, atau gabungan dari hal-hal
yang disebut diatas.
Ada banyak definisi dan variasi
Sosialisme, sehingga ketika dirangkum menjadi satu sebetulnya tidak ada yang
bisa menerangkan dengan jelas apa itu Sosialisme. Tapi, ada benang merah
diantara semua variasi Sosialisme itu, yaitu tentang kepemilikan bersama dan
visi kesejahteraan bagi semua masyarakat.
Hanya saja variasi Sosialisme
berbeda-beda tipenya dari cara bagaimana sistem mereka dijalankan. Ada yang
masih bergantung pada pasar, ada pula yang tidak. Ada yang menitikberatkan
peran negara dalam mengelola dan membangun Sosialisme, tapi ada juga yang
menyerahkan ke masyarakat untuk membentuk institusi yang baik dalam mengelola
faktor produksi.
Sistem ekonomi Sosialisme didasarkan
pada pandangan bahwa produksi adalah untuk konsumsi. Artinya, produksi barang
dan jasa ditujukan secara langsung untuk memuaskan permintaan dan kebutuhan
manusia, dimana suatu objek dinilai berdasarkan nilai guna mereka. Berbeda
dengan kapitalisme dimana tujuan produksi barang dan jasa adalah untuk
menghasilkan laba dan menumpuk modal.
Dalam konsep ekonomi sosialis
tradisional, koordinasi, akuntansi, dan penilaian dari suatu faktor produksi
akan dilakukan berdasarkan kondisi fisik atau dengan menggunakan penghitungan
lamanya waktu yang digunakan dalam produksi. Distribusi output produksi
didasarkan pada konsep “To each according
to his contribution”. Artinya, masing-masing orang akan mendapat sesuai
dengan porsi kontribusinya terhadap masyarakat. Kebutuhan dasar pasti akan
dicukupi oleh sosialisme, tapi mereka yang berkontribusi lebih, juga akan
menerima lebih.
Berbeda dengan konsep Komunisme, dimana
prinsipnya “To each according to his
need.” Artinya, untuk setiap anggota masyarakat akan diberi kebutuhan
sesuai dengan seberapa besar yang ia butuhkan, tidak boleh lebih. Ini salah
satu faktor yang membedakan Sosialisme dengan Komunisme.
Sebagai
pandangan politik, Sosialisme juga memiliki berbagai macam filosofi, mulai dari
Reformis sampai Revolusioneris. Dalam pandangan para pendukung Sosialisme
Nasionalis, mereka berpendapat bahwa negara yang harusnnya mengatur
perekonomian dengan carai melakukan nasionalisasi produksi, distribusi, dan
perdagangan sebagai cara untuk mengimplementasikan sosialisme.
Kaum Sosialisme
Libertarian, memiliki pandangan yang berbeda, dimana mereka menentang
intervensi kekuatan negara dalam Sosialisme. Kekuatan negara yang dimaksud
yaitu baik negara dan kekuatan parlemen. Sedangkan Sosialis Demokratis juga
memiliki pandangan yang berbeda, dimana menurut mereka Sosialisme hendaknya
dijalankan melalui proses sistem politik yang demokratis.
Sosialisme
modern mulai lahir pada sekitar abad ke 18, ketika para kaum intelektual dan
para pekerja mengkritik efek industrialisasi dan kepemilikan swasta pada
masyarakat. Kemudian pada awal abad ke
19, Sosialisme menjadi “lawan” Kapitalisme dan dianggap sebagai suatu sistem
alternatif yang berdasarkan kepemilikan sosial. Para penganut Marxis
mengembangkan lebih jauh dengan menambahkan pendekatan secara saintifik dan
perencanaan yang demokratis sebagai suatu bagian dari Sosialisme.
Perbandingan Sosialisme
dan Komunisme
Ideologi Komunisme, memang berangkat
dari ideologi Sosialisme yang dikembangkan. Akan tetapi, orang-orang menjadi
rancu antara keduanya dan seringkali menyamakan Komunisme dengan Sosialisme.
Padahal diantara keduanya ada beberapa perbedaan prinsip yang mendasar. Letak perbedaan
prinsip tersebut antara lain sebagai berikut.
a.
Sistem
Politik
Dalam sistem politik Komunisme, tidak
ada yang memimpin dan tidak ada yang dipimpin. Secara teoritis rakyat lah yang
memegang kendali atas diri mereka sendiri. Keputusan yang dibuat harus
merupakan konsensus bersama. Sebetulnya sistem seperti ini belum pernah benar-benar
dijalankan. Mungkin sistem yang paling mendekati adalah kepemimpinan oleh
partai tunggal yang sangat kuat. Bisa kita bayangkan bagaimana mungkin negara
yang besar akan menerapkan sistem Komunisme dimana tidak ada pemimpin. Tentu
tidak mungkin dilakukan.
Di
sisi lain, sistem politik Sosialisme masih menggunakan pemerintah. Biasanya ada
beberapa partai yang bersaing. Tapi partai yang terbesar dan memegang kendali
utama biasanya memiliki nama “Partai Sosialis” atau sebagainya yang menunjukkan
ideologinya sebagai penganut paham Sosialisme.
b.
Sistem
Ekonomi
Komunisme akan mendistribusikan kekayaan
yang dimiliki negara kepada masyarakat dengan jumlah yang sama persis tiap
orangnya. Kebutuhan individual sepenuhnya ditanggung oleh masyarakat. Perusahaan
yang ada semuanya dikuasai oleh masyarakat dan digunakan untuk menyejahterakan
masyarakat dan memenuhi kebutuhannya.
Berbeda dengan Sosialisme dimana setiap
individu akan menerima bagian yang kurang lebih sama. Bagian kekayaan itu
diperoleh dari faktor produksi, yang dikuasai oleh para pekerja. Akan
tetapi, masyarakat bisa mendapatkan
lebih dari jatah yang diberikan jika mereka bekerja lebih keras. Ada insentif
dalam Sosialisme yang tidak kita temukan di sistem Komunisme.
c.
Filosofi
Filosofi Komunisme yaitu “From each according to his ability, to each
according to his needs.” Maksudnya, masyarakat diwajibkan menyumbangkan
kemampuannya untuk komunitasnya sesuai dengan apa yang ia mampu. Jika ia
seorang dokter, maka bantulah masyarakat dengan memberikan pengobatan.
Jika ia seorang guru, maka bantulah
masyarakat dengan memberikan pendidikan. Jika ia seorang pekerja/buruh, maka
bantulah masyarakat dengan keahlian yang dimiliki. Lalu setelah mereka memenuhi
kewajibannya, masyarakat akan memenuhi kebutuhan mereka sesuai dengan apa yang
mereka butuhkan.
Sedangkan filosofi Sosialisme yaitu “From each according to his ability, to each
according his deeds.” Agak berbeda dengan sistem Komunisme. Dalam sistem
Sosialisme, masyarakat tetap dituntut untuk berkontribusi pada komunitasnya
sesuai dengan kemampuanny, lalu mereka akan mendapatkan apa yang mereka
butuhkan.
Akan tetapi, jika seorang individu
bekerja lebih keras, ia akan menerima insentif diluar kebutuhan dasarnya. Jika
seorang individu bekerja biasa-biasa saja, maka ia hanya akan menerima apa yang
ia butuhkan saja tanpa adanya insentif lebih.
Dari sini bisa kita lilhat perbedaan
yang mendasar antara Sosialisme dan Komunisme melalui insentif yang diberikan.
Dalam sistem Komunisme, sekeras apapun seseorang bekerja –misalkan 20 jam
sehari– apa yang didapatkan tetap saja hanya sesuai yang ia butuhkan. Ia tidak
akan menerima insentif atas kerja kerasnya.
d.
Ide
Pokok / Intisari Ajaran
Gagasan utama sistem Komunisme adalah
bahwa sudah menjadi hukum alam bahwa masyarakat akan selalu terbagi menjadi
kelas-kelas yang akan selalu bersaing satu sama lain. Dalam Revolusi Industri,
telah terjadi ketidakadilan dimana masyarakat yang kaya menjadi semakin kaya
dan masyarakat yang miskin menjadi semakin miskin. Kaum pekerja harus melakukan
revolusi untuk merubah nasib mereka. Pekerja harus menggulingkan kaum borjuis.
Gagasan sistem Sosialisme adalah setiap
orang harus diberikan kesempatan yang sama. Memang perbedaan kelas tidak bisa
dihindari, tapi kesempatan harus tetap sama. Para pekerja adalah kelompok yang
paling berhak untuk memegang manajemen pabrik. Regulasi dari pemerintah tetap
dibutuhkan untuk mendukung ideologi Sosialisme. Para pekerja tidak perlu
menggulingkan kaum borjuis selama hak-hak pekerja masih tetap dipenuhi.
e.
Tokoh
Pendukung
Diantara tokoh pendukung ideologi
Komunisme adalah Karl Max, Frederich Engels, Vladimir Lenin, dan Leon Trotsky.
Sedangkan tokoh pendukung ideologi Sosialisme antara lain Robert Owen, Pierre
Leroux, John Stuart Mill, dan Leo Tolstoy.
f.
Kepemilikan
Privat
Dalam sistem Komunisme, kepemilikian
privat benar-benar dilarang. Apapun yang ada di wilayah suatu negara adalah
milik negara. Masyarakat hanya diberi hak pakai saja. Berbeda dengan
Sosialisme.
Sosialisme masih mengakui kepemilikan
pribadi, namun terbatas pada hal-hal yang kecil saja. Misalnya pakaian, rumah,
alat transportasi, dan lain sebagainya. Akan tetapi kepemilikan pribadi dalam
perusahaan dan faktor produksi dilarang keras. Segala hal yang mendukung
produksi harus dikuasai negara agar tidak menimbulkan masalah di masyarakat.
g.
Variasi
Gerakan Politik
Variasi Komunisme antara lain Leninisme,
Stalinisme, Trotskyisme, Marxisme, Maoisme, Komunisme aliran kiri. Semuanya
merupakan pengembangan dari dasar Komunisme. Sedangkan variasi Sosialisme
antara lain Sosialisme Libertarian, Anarkisme, Syndikalisme, Demokrasi
Sosialis, termasuk juga Komunis yang aslinya merupakan pengembangan dari dasar
Sosialisme.
h.
Pilihan
Publik
Dalam Komunisme yang ‘asli’, karena
tidak ada pemimpin, maka semuanya menjadi bebas. Pilihan sepenuhnya ditangan
masyarakat. Tapi pada prakteknya, semua pilihan termasuk edukasi, agama,
pekerjaan, bahkan pernikahan, sudah diatur oleh negara.
Pada Sosialisme, pilihan termasuk
pendidikan, agama, pekerjaan, dan pernikahan semuanya bebas dipilih oleh
individu masing-masing. Tapi pendidikan dan kesehatan disediakan gratis untuk
semuanya.
i.
Proses
Perubahan
Dalam Komunisme, pemerintah adalah agent
perubahan, bukan pasar ataupun konsumen. Perubahan yang dilakukan oleh
pemerintah bisa cepat bisa lambat tergantung kebutuhan dan perubahan yang
dikehendaki. Kaum proletar akan merubah dengan cepat melalui revolusi dengan
kekerasan. Sebagaimana pernah dikatakan oleh Mao Ze Dong dalam “Buku Merah”nya,
“A revolution is not a dinner party, or writing an
essay, or painting a picture, or doing embroidery; it cannot be so refined, so
leisurely and gentle, so temperate, kind, courteous, restrained and
magnanimous. A revolution is an insurrection, an act of violence by which one
class overthrows another.”
Artinya, “Sebuah
revolusi itu bukanlah pesta makan malam, atau menulis esai, atau melukis
lukisan atau membuat sulaman; revolusi tidak bisa dijalankan dengan halus,
sopan, berhati-hati dan anggun. Revolusi adalah sebuah tindakan kebangkitan,
sebuah tindakan kekerasan dimana satu kelas menggulingkan yang lain.
Perbedaannya, pada
Sosialisme pekerjalah yang menjadi agen perubahan. Perubahan sepenuhnya
dipegang oleh pekerja dan bisa cepat atau lambat tergantung dengan perubahan
yang dikehendaki. Dalam Sosialisme, pekerja atau kaum proletar tidak perlu
melakukan revolusi berdarah yang besar-besaran. Pekerja cukup menguasai
faktor-faktor produksi dan perusahaan saja. Secara teknis, Sosialisme lebih
‘halus’ daripada Komunisme.
Melawan
Kapitalisme
Tidak
dapat dipungkiri memang bahwa dewasa ini Kapitalisme merupakan ideologi dan
sistem ekonomi yang dipakai luas di hampir seluruh negara. Memang, secara
teknis tidak ada negara yang menerapkan Kapitalisme murni. Tidak mungkin suatu
negara menyerahkan perekonomiannya kepada pasar, karena dapat dipastikan negara
tersebut akan jatuh dalam waktu singkat.
Dalam
Kapitalisme yang menjadi masalah utama adalah ketimpangan antara penduduk yang
kaya dan yang miskin. Para Kapitalis sangat mengagungkan tumpukan modal. Bagi
mereka, yang penting adalah memperoleh laba yang besar dan mengakumulasi modal
sehingga pundi-pundi kekayaan mereka akan semakin bertambah. Kapitalis
beranggapan bahwa seseorang harus bekerja semaksimal mungkin untuk memperoleh
kekayaan pribadi, tapi bukan berarti mereka tidak bisa bekerja sama dengan yang
lain. Mereka bisa bekerja sama dengan yang lain akan tetapi tetap tujuannya
adalah untuk kepentingan diri sendiri. Hal ini mendorong penguasaan
faktor-faktor produksi dan perusahaan yang seharusnya bisa dimanfaatkan oleh
banyak orang.
Kapitalisme
memang tidak sepenuhnya buruk, dengan sistem itu manusia didorong untuk terus
berinovasi agar mampu bertahan di tengah persaingan. Dengan adanya dorongan
seperti itu, inovasi akan terus dilakukan dan dampaknya pertumbuhan dan
pembangunan ekonomi akan menjadi semakin cepat. Tapi dibalik itu semua,
Kapitalisme akan membentuk masyarakat yang cenderung egois. Kebutuhan untuk
bertahan hidup di dunia yang persaingannya ketat kadang-kadang menutup akal
sehat dan fakta bahwa manusia terlahir sebagai makhluk sosial. Hanya dengan
bekerja sama lah manusia akan dapat bertahan hidup.
Kapitalisme
bisa diibaratkan bangunan Piramid, dimana bagian bawahnya lebar dan semakin ke
atas semakin sempit. Para kaum pekerja dan buruh biasanya berada di lantai
terbawah Piramid ini, menanggung beban berat menopang perekonomian. Jumlah
mereka yang paling banyak, tapi justru merekalah yang mendapat bagian kekayaan
paling sedikit. Semakin ke atas jumlah orangnya akan semakin sedikit namun
jumlah kekayaan yang dimiliki malah semakin meningkat. Ini mendorong orang-orang
yang berada di lantai bawah untuk berusaha naik ke lantai yang lebih tinggi
guna mendapat penghidupan yang lebih layak.
Resikonya jelas, jika
tidak diawasi dengan betul akan terjadi persaingan yang tidak sehat. Bukan
tidak mungkin mereka-mereka yang berada di bawah akan gelap mata dan melakukan
tindakan kriminal terhadap golongan yang lebih tinggi untuk meraih kekayaan dan
kesejahteraan yang lebih cepat.
Persaingan antar mereka
juga akan menjadi semakin ketat. Mereka tidak akan segan-segan menyingkirkan
teman, saudara, atau relasinya yang dirasa mengganggu langkahnya untuk naik ke
kelas yang lebih tinggi. Memang hal tersebut tidak terjadi di semua orang, akan
tetapi kondisi yang diciptakan oleh Kapitalisme sangat berpotensi untuk
mendorong terjadinya hal itu. Masyarakat akan menjadi komunitas egois yang
hanya memikirkan diri sendiri. Degradasi moral akan terjadi besar-besaran.
Orang tidak akan peduli dengan tetangga kanan kirinya, selama ia masih perlu
untuk naik ke kelas yang lebih tinggi, maka segala cara bisa jadi akan dia
lakukan. Sekali lagi memang hal ini tidak akan terjadi di setiap orang yang
kesejahteraannya kurang, tergantung moral masing-masing, akan tetapi potensinya
besar terjadi.
Sosialisme
Di Indonesia: Mengapa Dipandang Sebelah Mata
Tidak
dapat dipungkiri memang, bahwa ideologi Komunisme yang dibawa Karl Marx
berangkat dari akar Sosialisme. Karl Marx boleh dibilang adalah penganut aliran
keras Sosialisme, terbukti pada bukunya Manifesto of The Communist Party (judul
asli: Manifest der Kommunistischen Partei), ia mengatakan:
“The
Communists disdain to conceal their views and aims. They openly declare that
their ends can be attained only by the forcible overthrow of all existing
social conditions. Let the ruling classes tremble at a Communistic revolution.
The proletarians have nothing to lose but their chains. They have a world to
win. Working Men of All Countries, Unite!”
Kurang lebih artinya adalah sebagai
berikut:
“Adalah sebuah kehinaan bagi
penganut Komunis untuk menyembunyikan tujuannya. Mereka (Komunis) secara
terbuka akan mendeklarasikan bahwa akhir dari penderitaannya akan tercapai
hanya dengan menjatuhkan secara paksa semua kondisi sosial yang ada. Biarlah
para penguasa gemetar ketakutan akan revolusi Komunis. Kaum Proletar tidak akan
kehilangan apapun, kecuali rantai-rantai yang membelenggu mereka. Mereka punya
dunia untuk dimenangkan. Kaum pekerja di seluruh negara, bersatulah!”
Bisa
kita ambil kesimpulan bersama bahwa Marx sangat menganjurkan adanya revolusi
yang keras dalam Komunis. Pandangan ini juga dianut oleh Mao Ze Dong,
sebagaimana tertulis dalam sub bab sebelumnya. Menurut Mao, revolusi tidak bisa
dijalankan dengan begitu rapi dan indah. Revolusi adalah tindakan kekerasan
dimana satu kelas menggulingkan yang lainnya.
Pandangan
dari kedua tokoh inilah yang menyebabkan revolusi Komunisme di beberapa negara
berjalan dengan keras dan berdarah. Seperti halnya di Rusia dengan revolusinya
yang dipimpin Vladimir Lenin, atau China dengan revolusi ‘Lompatan Besar ke
Depan’, atau di Kamboja dengan Khmer Merah-nya, begitu pula di Indonesia dengan
PKI-nya.
Akibat
dari revolusi itu, banyak pandangan yang menganggap Komunis adalah suatu
gerakan terkutuk yang mencintai kekerasan. Sebetulnya, memang benar demikian
adanya, revolusi Komunisme selalu diikuti dengan pertumpahan darah dan
kekerasan. Tentu kita tidak bisa lupa bagaimana serangkaian kerusuhan dan
pembunuhan yang terjadi pada era 1960-an ketika Partai Komunis Indonesia eksis
dan mulai meroket popularitasnya sebagai salah satu partai besar yang digandeng
Presiden Soekarno. Bahkan Presiden Soekarno sempat mengatakan pada HUT PKI
tangal 23 Mei 1965:
“...sebab, siapa yang bisa membantah, bahwa PKI adalah unsur yang hebat di dalam
penyelesaian revolusi Indonesia. PKI menjalar menjadi kuat.
PKI kini beranggotakan 3 (tiga) juta orang, simpatisannya 20 (dua puluh) juta.
Apa sebabnya PKI sampai demikian ? Ialah karena PKI konsekuen progresif
revolusioner. Saya berkata, PKI yo sanakku, yo kadangku, yen mati aku melu
kelangan (PKI adalah juga saudaraku, ya handai taulanku, kalau mati, saya juga
ikut kehilangan) "
Puncaknya pada Gerakan
30 September 1965 yang membantai sejumlah elite militer di masa itu. Walaupun
sampai sekarang belum jelas siapa pelakunya, masyarakat sudah terlanjur
memberikan stempel pada gerakan Komunis sebagai gerakan haram yang harus
dihilangkan. Masalahnya masyarakat ikut-ikutan menganggap bahwa
gerakan Sosialisme tidak jahu berbeda dengan Komunisme. Padahal sebetulnya
tidak demikian. Dalam subbab sebelumnya suadh dijelaskan betapa sebetulnya ada
perbedaan yang sangat besar antara Komunisme dan Sosialisme.
Akibatnya
Sosialisme di Indonesia menjadi sulit berkembang dan dipandang sebelah mata.
Padahal dalam pidatonya, Manifesto Politik, Presiden Soekarno menyatakan
“Hari
depan revolusi Indonesia bukanlah menuju ke kapitalisme, dan sama sekali bukan
menuju ke feudalisme… Hari depan Revolusi Indonesia adalah masyarakat adil dan
makmur atau… Sosialisme Indonesia”
Bisa kita lihat bagaimana pandangan Presiden
Soekarno yang lebih mengarah ke Sosialisme tapi bukan Komunisme. Tentu kita
ingat semboyan Nasakom Presiden Soekarno, yaitu Nasionalis, Agamis, Komunis.
Penulis yakin, bahwa apa yang dimaksud Presiden Soekarno dengan Komunis di sini
sebetulnya adalah Sosialis. Karena tidak mungkin untuk menyandingkan Komunisme
dengan Agama. Bukankah Komunisme melarang segala macam Agama. Sedangkan
Sosialisme masih mengakuinya.
Akan tetapi, sudah terlanjur masyarakat–khususnya di
Indonesia–menyamaratakan antara Komunisme dan Sosialisme sehingga Sosialisme
yang sebetulnya lebih baik dari Komunisme dipandang sebelah mata dan sulit
berkembang.