Kau pernah buat masalah dengan seseorang? Mengecewakannya mungkin, membuatnya jengkel, kesal, marah, apalah itu kau sebutkan sendiri. Pernah? Pasti pernah. Rasanya, bohong kalau kau bilang kau tak pernah. Lalu, apa yang kau lakukan? Minta maaf! Pasti.
Maaf
Maaf itu bukan kata ajaib. Maaf menunjukkan penyesalan dan janji bahwa kau tak akan mengulanginya lagi. Mengulangi mengecewakan, mengulangi membuat jengkel, mengulangi apalah itu kau sebutkan sendiri yang membuat masalah. Ada sebuah frasa menarik dari belahan bumi bagian barat.
"You say sorry, but you are not sorry."
Terjemahan bebasnya kurang lebih, Kamu mengucapkan maaf tapi kamu tidak menyesal.
Kadang kita pikir dengan mengatakan kata maaf semua masalah akan selesai. Sayang sekali, maaf bukan kata ajaib yang dengannya semuanya akan selesai. Maaf hanya meredakan gejala masalah, sebagaimana Parasetamol menurunkan demam. Demam juga merupakan gejala penyakit. Apakah dengan redanya demam penyakit serta merta hilang? Belum tentu!
Solusi
Solusi lebih penting dari sekedar maaf.
Katakanlah kau memecahkan jendela tetanggamu. Maaf. Pasti kau akan bilang begitu bukan pada tetanggamu. Tapi apakah dengan maaf itu jendelanya akan kembali dengan ajaib? Tiba-tiba utuh seperti sedia kala? Tentu tidak. Belikanlah kaca baru atau paling tidak bantulah membersihkan pecahan kaca itu dan ketika tetanggamu hendak memasang, bantulah! Itu, baru solusi. Apakah kaca yang pecah kembali lagi? Tentu tidak. Tapi sekarang tetanggamu punya kaca baru yang fungsinya sama dengan kaca lamanya yang sudah pecah. Masalah selesai? Belum! Jangan ulangi lagi di kemudian hari. Sampai sini masalah baru selesai.
Maaf? Persetan dengan maaf. Bukan maaf yang dicari.
Solusi! Itu baru perlu. Itu yang dicari.
Karena semua orang bisa bilang maaf, entah dengan tersenyum, dengan merengut, bersungut-sungut, atau berderai-derai air mata. Tapi yang jelas itu cuma sampah jika tak diikuti dengan Solusi!
Solusi! Solusi! Solusi!
0 comments:
Posting Komentar